MARKET FLASH: Rencana PMN 4 BUMN Tertunda; Bursa Panggil Manajemen SIAP
ADRO bayar utang US$262 juta; SMGR siapkan capex Rp7 triliun tahun depan
ADRO bayar utang US$262 juta; SMGR siapkan capex Rp7 triliun tahun depan
Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Suntikan Modal BUMN
Rencana penawaran saham baru empat BUMN dengan target dana sekitar Rp13 triliun pada tahun depan dipastikan tersendat karena DPR dan pemerintah memutuskan untuk menunda pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN). Seperti diketahui, DPR dan pemerintah sepakat menunda pemberian PMN kepada 23 BUMN senilai Rp34,32 triliun dalam APBN 2016. Pemberian tambahan modal kepada BUMN diusulkan ditunda hingga pembahasan Rancangan APBN Perubahan 2016.
Promo Terbaru di Bareksa
Dari 23 BUMN tersebut, empat BUMN merupakan perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP). Empat BUMN itu diusulkan memperoleh PMN senilai Rp9,03 triliun dengan WIKA diusulkan memperoleh tambahanmodal Rp4 triliun, PTPP dapat Rp2,25 triliun, JSMR Rp1,25 triliun, dan KRAS Rp1,5 triliun.
PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memanggil manajemen SIAP pada pekan ini terkait koreksi tajam harga saham emiten berkode SIAP tersebut dalam enam hari berturut-turut. Hamdi Hassyarbaini, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia, mengatakan bursa ingin meminta penjelasan soal turunnya harga saham SIAP sepanjang pekan lalu.
Dalam enam hari perdagangan lalu, harga saham SIAP jatuh 45,65 persen. Pada perdagangan Jumat (30/10), harga saham SIAP ditutup turun 9,42 persen ke Rp125 per saham. Pada akhir pekan lalu, BEI sudah memasukkan SIAP ke kategori efek yang pergerakannya tidak wajar. Menurut Hamdi, otoritas bursa juga akan bertemu dengan tiga anggota bursa yang menjadi broker perdagangan saham SIAP.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
Perusahaan batu bara ADRO telah melunasi sejumlah pinjaman dengan nilai total US$262 juta sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Rata-rata pembayaran utang yang dijadwalkan untuk dilakukan selama lima tahun dari 2016 sampai 2020 berada pada tingkat yang terkendali, dengan nilai sekitar US$234 juta per tahun. Namun, ADRO tidak menyebutkan utang mana saja yang dibayarkan. Perusahaan ini tercatat memiliki enam fasilitas sindikasi dari berbagai bank.
Perseroan mengklaim memiliki akses ke likuiditas sebesar US$863 juta, termasuk US$78 juta di fasilitas bank yang belum ditarik. Mengacu pada laporan keuangan kuartal III/2015, posisi kas dan setara kas perseroan tercatat sebesar US$785,16 juta. Perseroan mempunyai bagian utang lancar atas pinjaman jangka panjang sekitar US$154 juta dan utang jangka panjang US$1,52 miliar.
PT PP Properti (Persero) Tbk (PPRO)
PPRO menargetkan dapat meraup pendapatan Rp550 miliar dari peluncuran dua unit apartemen Amartha View Avartment. Dalam keterangan resmi yang dirilis Minggu (1/11), emiten properti tersebut menjelaskan Amartha View Avartment merupakan produk baru perseroan yang diluncurkan di Semarang, Jawa Tengah.
Galih Saksono, Direktur Operasi PPRO, mengatakan Amartha View Avartment merupakan salah satu proyek terbaru perseroan di Semarang Barat. Konsep hunian tersebut menelan investasi sekitar Rp350 miliar untuk pembangunan dua menara. Lokasi apartemen ini berada kawasan Payon Amartha yang saat ini sukses memasarkan rumah tapak yakni Amartha Residence dan Amartha Regency.
Subsidi Energi
Pemangkasan subsidi listrik 47,5 persen dari Rp 73,1 triliun di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015 menjadi Rp 38,4 triliun dalam APBN 2016 akan membuat 20 juta pelanggan listrik golongan 450 VA dan 900 VA harus membayar listrik lebih tinggi mulai tahun depan. Sebab hanya 24,7 juta pelanggan listrik miskin dan rawan miskin yang dapat menikmati subsidi. Pemangkasan subsidi listrik ini bagian dari kebijakan subsidi tahun depan. Dalam APBN 2016, alokasi subsidi energi hanya Rp 102,1 triliun, jauh lebih rendah dibanding anggaran dalam APBNP 2015 yang sebesar Rp 137,8 triliun.
Anggaran subsidi energi 2016 turun karena alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM), LPG, dan LGV juga turun 1,5 persen dibanding APBNP 2015, menjadi Rp 63,7 triliun. Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kemkeu Askolani mengatakan, penurunan pagu subsidi BBM, LPG, dan LGV dipengaruhi oleh penurunan asumsi harga minyak Indonesia (ICP) menjadi US$ 50 dari asumsi US$ 60 per barel. Subsidi turun juga karena pemangkasan volume subsidi minyak tanah dari 0,85 juta kilo liter (KL) tahun ini menjadi 0,69 juta KL tahun depan. Volume subsidi minyak solar juga turun dari 17,1 juta KL menjadi 16 juta KL. Akan tetapi volume subsidi LPG 3 kg bertambah.
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA)
Produsen ban, MASA mencatat rugi pada kuartal III 2015 dengan nilai US$ 17,25 juta. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, MASA masih menuai laba sebesar US$ 1,19 juta. Berdasarkan laporan keuangan Multistrada kuartal III 2015 yang dipublikasikan pekan lalu, sumber kerugian Multistrada berasal dari rugi selisih kurs. Pada kuartal III 2015, MASA mencatat rugi selisih kurs sebesar US$ 7,9 juta. Adapun rugi kurs periode yang sama tahun 2014 sebesar US$ 803.644.
Uthan A Sadikin Direktur Pemasaran MASA menyebutkan, rugi kurs berasal dari pelemahan mata uang negara tujuan ekspor. Selain faktor kurs, penurunan penjualan juga berperan pada kinerja keuangan MASA tahun ini. Sampai September 2015, penjualan MASA turun 18,4 persen menjadi US$ 186,46 juta ketimbang penjualan periode yang sama tahun lalu sebanyak US$ 220,83 juta. Kontribusi penjualan MASA dari ekspor tercatat US$ 131,87 juta, turun 15,3 persen ketimbang penjualan ekspor periode yang sama tahun lalu US$155,73 juta. Menurut Uthan, penurunan penjualan karena adanya persaingan ketat dengan produk ban China yang berani jual lebih murah.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
Perusahaan semen milik negara, SMGR menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp6 - 7 triliun pada tahun depan untuk mendanai sejumlah kegiatan usaha perseroan. Emiten itu memperkirakan sumber dana perusahaan berasal dari kas internal dan pinjaman. Pada tahun depan, berkat kinerja perusahaan, kas internal untuk belanja modal itu diperkirakan mencapai Rp4 – 5 triliun.
Sisanya, perusahaan menjajaki kemungkinan untuk mencari utang baru senilai Rp2 triliun pada kuartal III 2016. Belanja modal itu bakal digunakan untuk sejumlah kegiatan perusahaan. Pada tahun depan, perusahaan berencana merampungkan pembangunan sejumlah pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah dan Indarung, Sumatra Barat. Dua pabrik itu diharapkan dapat beroperasi pada tahun depan setelah proses pembangunannya dimulai sejak beberapa tahun lalu.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.