BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Demam Drama Turki Elif Bawa Kinerja SCMA Membaik

Bareksa02 November 2015
Tags:
Demam Drama Turki Elif Bawa Kinerja SCMA Membaik
Poster serial drama Turki 'Elif' yang ditayangkan di SCTV. (Sumber: SCTV)

Pangsa penonton SCTV dan ANTV naik seiring peluncuran sinetron Turki

Bareksa.com - Tayangan drama Turki tampaknya semakin digemari di kalangan pemirsa televisi nasional. Bahkan, kesenangan para pemirsa televisi nasional sudah berpindah haluan dari menonton drama India ke serial Turki. Hal ini memberi keuntungan tersendiri bagi perusahaan pertelevisian yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Survei Nielsen menunjukkan jumlah waktu penonton yang menyaksikan sinetron Turki di televisi nasional lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah yang menonton drama India. Survei lembaga rating televisi itu menunjukkan rata-rata pemirsa menonton drama Turki selama 31 menit per hari, dibanding 21 menit per hari untuk sinetron India.

"Secara umum kami menilai orang Indonesia masih menyukai serial drama Indonesia, tetapi menarik untuk dicatat bahwa kegemaran mereka sudah pindah dari serial drama India ke Turki," ujar analis PT Macquarie Capital Securities Indonesia, Fransisca Widjaja dalam riset yang dibagikan kepada nasabah.

Promo Terbaru di Bareksa

Riset tersebut membahas bahwa dua stasiun televisi nasional yang menayangkan drama Turki mencatat pertumbuhan pangsa yang signifikan saat ini dibandingkan dengan keadaan pada awal tahun. Sejak awal menayangkan serial Turki, SCTV, stasiun televisi milik PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), saat ini memiliki pangsa pemirsa (audience share) nomor satu nasional.

"Kami yakin bahwa perusahaan media yang mampu menangkap perubahan tren akan memiliki pertumbuhan paling kuat di tengah kondisi melemah saat ini. SCMA masih menjadi saham pilihan kami di sektor ini," kata riset Macquarie tersebut.

Berdasarkan survei Nielsen, serial Turki yang paling banyak ditonton tahun ini adalah Cansu & Hazal (ANTV), Shehrazat 1001 Malam (ANTV), diikuti oleh Elif (SCTV). Adapun drama lokal populer adalah Pangeran (SCTV) dengan peringkat tertinggi 4,4 poin, Preman Pensiun (RCTI) diikuti oleh Tukang Bubur Naik Haji (RCTI). Pada saat bersama, drama India terpopuler yang ditayangkan oleh ANTV adalah Jodha Akbar, Mahabharata, Chakravartub Ashoka Samrat.

Berdasarkan survei, penonton menghabiskan waktu terlama untuk menyaksikan drama Turki selama 31 menit per hari per orang. Sementara mereka menghabiskan rata-rata 18 menit untuk menyaksikan sinetron Indonesia. Sebagai catatan, jumlah ini mungkin lebih kecil karena hasilnya dihitung berdasarkan 11 judul film Turki, 202 sinetron Indonesia, 27 serial India dan 97 tayangan lain yang disiarkan saat ini.

Sementara itu, penonton rata-rata menghabiskan 21 menit untuk serial India dan 14 menit untuk drama lain termasuk Jepang, Korea dan China. Jumlah waktu untuk menonton tayangan lainnya lebih rendah. Padahal tayangan Turki biasanya disiarkan pada jam non-prime time.

Pangsa penonton waktu utama SCTV meningkat pada September sehingga levelnya sama dengan RCTI sebesar 17,8 persen. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peluncuran tayangan berjudul Pangeran dan Madun. Sementara itu, Indosiar Visual Mandiri (IVM) masih menjaga pangsa penonton dengan tayangan D'T3rong.

Grafik Pangsa Penonton TV Sepanjang Waktu (%)

Illustration

Sumber: Nielsen, Riset Macquarie, Oktober 2015

Meskipun demikian, pangsa penonton RCTI masih kuat memimpin di level 18,6 persen sepanjang Januari hingga September 2015. RCTI masih menayangkan sejumlah program utama di Indonesia termasuk Tukang Bubur Naik haji dan program baru seperti Preman Pensiun dan Tukang Ojek Pengkolan. Sementara, MNC TV dan Global TV masih menjaga pangsa mereka di sekitar 9 persen dan 7 persen masing-masing.

Terakhir, stasiun ANTV yang dikelola PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) mencatat penurunan pangsa pasar pada Maret. Akan tetapi, kinerjanya sudah mulai membaik dengan pangsa di sekitar 14 persen akibat tayangan drama seri Turki baru berjudul Shehrazat dan Chansu & Hazal.

Kinerja Keuangan

Macquarie memberi rekomendasi outperform (kinerja di atas rata-rata) untuk SCMA dan VIVA dengan target harga masing-masing Rp3.200 dan Rp465. Sementara itu, Macquarie memberi rekomendasi Netral untuk saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan target harga Rp1.700.

Berdasarkan laporan keuangan sembilan bulan 2015, SCMA membukukan laba setelah pajak Rp1,15 triliun, naik 3,8 persen dari kinerja pada periode sama tahun lalu. Pendapatan sembilan bulan juga naik 3,3 persen menjadi Rp3,2 triliun.

Sementara itu, MNCN yang membawahi RCTI, Global TV dan MNC TV membukukan laba bersih Rp649 miliar pada Januari - September 2015, anjlok 53,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perseroan juga menyusut 0,3 persen menjadi Rp5,03 triliun.

Adapun VIVA, yang merupakan perusahaan media di Grup Bakrie masih belum menyampaikan laporan keuangan kuartal ketiga 2015 kepada Bursa Efek Indonesia.

Grafik Pergerakan Saham Emiten Industri Media YTD

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih negatif sepanjang tahun ini, saham ketiga emiten di industri media tersebut juga membukukan return minus. Penurunan terbesar dicatat oleh VIVA dengan return minus 39,33 persen sejak awal tahun sampai 30 Oktober 2015 (year to date), diikuti oleh MNCN minus 29,72 persen dan SCMA minus 16,43 persen.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua