MARKET FLASH: SOCI Terbitkan MTN SG$300 Juta; Kontrak Baru ADHI Rp10,1 Triliun

Bareksa • 21 Oct 2015

an image
Pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek pembangunan Apartemen Taman Melati Jatinangor (TMJ), Sumedang, Jabar, Kamis (26/2). PT. Adhi Karya (Persero) Tbk melalui anak usahanya PT. Adhi Persada Properti membangun Apartemen TMJ senilai Rp. 210 miliar terdiri atas 758 unit ANTARA FOTO/Fahrul Jayadiputra

Kontrak ACST melebihi target tahun ini; MDKA fokus produksi emas

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Soechi Lines Tbk (SOCI) 

Perusahaan pelayaran SOCI berencana menerbitkan surat utang multicurrency medium term note (MTN) dengan nilai 300 juta dolar Singapura atau senilai hampir Rp3 triliun (Kurs Rp9.857,18 per dolar Singapura). Paula Marlina, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan SOCI, mengatakan MTN dalam berbagai mata uang itu akan diterbitkan melalui Soechi Capital B.V., yang didirikan di Belanda dan dimiliki seluruhnya oleh perseroan. MTN akan dicatatkan dan diperdagangkan di Singapore Exchange Securities Trading Limited.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

ADHI mengantongi kontrak baru hingga akhir September 2015 sebesar Rp10,1 triliun atau 54 persen dari  total target sepanjang tahun ini Rp18,7 triliun. Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata mengatakan perseroan telah mengikuti total tender sebesar Rp42,7 triliun. Selain realisasi kontrak baru tersebut, terdapat Rp802,6 miliar merupakan penawar terendah.

Pencapaian realisasi kontrak baru tersebut tersebut telah melampaui realisasi perolehan kontrak baru ADHI sepanjang tahun lalu Rp9,2 triliun. Menurut dia, kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak hingga September masih didominasi oleh lini bisnis konstruksi sebesar 90 persen. Sisanya sebesar 10 persen merupakan lini bisnis lainnya

PT Acset Indonusa Tbk (ACST)

Berbeda dengan emiten konstruksi lainnya, ACST telah mengantongi kontrak baru sebesar Rp3,1 triliun, atau lebih tinggi dari target tahun ini. Pada Agustus 2015, emiten yang baru saja bernaung di bawah grup Astra tersebut telah menaikkan target kontrak baru 25 persen lebih tinggi dari target awal, yakni naik dari Rp2 triliun menjadi Rp2,5 triliun. Dengan perolehan itu, artinya realisasi kontrak baru ACST hingga bulan lalu sudah lebih tinggi 24 persen dari target baru yang telah direvisi tersebut. 

Kenaikan perolehan kontrak baru tersebut juga mengikuti peningkatan penyerapan belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan pada tahun ini. Hingga September 2015, total capex yang telah terserap mencapai Rp75 miliar. Besaran itu lebih tinggi 25 persen dari anggaran capex yang dialokasikan ACST sebesar Rp60 miliar. 

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)

Dalam tujuh tahun hingga delapan tahun ke depan, MDKA akan fokus pada produksi emas saja. Komisaris MDKA Garibaldi Tohir mengatakan pertambangan untuk memproduksi tembaga baru akan dimulai setelah tujuh tahun hingga delapan tahun kemudian. Dia menuturkan hal tersebut diputuskan mengingat pada tambang milik perseroan di Banyuwangi, Jawa Timur, posisi emas berada di atas tembaga. 

Seperti diketahui, perusahaan tambang emas dan tembaga yang terafiliasi dengan Grup Saratoga itu hingga kini belum berproduksi. Pada Juni 2015, perseroan menyatakan produksi ditargetkan dimulai pada kuartal IV-2016 sehingga penjualan dapat direalisasikan pada kuartal I-2017. Total estimasi produksi mencapai 750.000 oz emas dan 5,4 juta oz perak sepanjang sembilan tahun umur tambang lapisan Oksida. MDKA memprediksi sudah bisa meraup laba bersih hingga US$19,7 juta pada 2017.

PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) 

MTLA menunda rencana peluncuran dua proyek baru tahun ini. Lesunya kondisi ekonomi selama sembilan bulan pertama telah menekan pasar properti untuk segmen menengah atas. Olivia Surodjo, Direktur Keuangan MTLA, mengatakan, tertekannya pasar properti segmen menengah ke atas memaksa MTLA menunda peluncuran perumahan baru Metland Cyber City. 

Semula, MTLA ingin meluncurkan perumahan Cyber City di Jakarta Barat kluster I, pada September 2015. Kluster I akan meluncur 66 unit. Ini bagian dari tiga kluster yang akan dikembangkan sebanyak total 500 unit. Kemudian MTLA memundurkan peluncuran menjadi November sembari melihat perkembangan pasar. Belakangan, lantaran kondisi pasar belum membaik, emiten properti ini memutuskan menunda peluncuran proyek baru ini hingga tahun depan. 

PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI) 

DEFI ingin sahamnya likuid. Emiten leasing, anjak piutang dan pembiayaan konsumen ini berencana memecah nilai saham atau stock split. Rasio stock split DEFI adalah 1:10 sehingga nilai nominal saham akan berubah dari Rp 500 per saham menjadi Rp 50 per saham. Dengan perubahan nominal saham, anggaran dasar DEFI berubah. 

Pada semester I 2015, ekuitas perseroan Rp 50,21 miliar. Modal dasarnya 200 juta saham dengan modal ditempatkan dan disetor penuh 67,6 juta saham. Adapun nilai modal ditempatkan dan disetor penuhnya Rp 33,8 miliar. Aksi stock split ini juga akan memangkas harga saham DEFI menjadi Rp 140-an per saham. Mengacu transaksi terakhir, pada 15 Juli 2015, harga DEFI di Rp 1.405. Saham DEFI tak likuid dan hanya diperdagangkan 1 lot.

Divestasi Freeport

Pemerintah mempertimbangkan untuk menjadikan 9,36 persen saham Freeport yang dipegang Indonesia sebagai jaminan untuk penarikan pinjaman asing bagi konsorsium BUMN yang akan membeli saham divestasi selanjutnya. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan masih menganalisis kemungkinan tersebut. Dana yang dimaksud adalah pinjaman dari lembaga keuangan yang dibutuhkan oleh konsorsium BUMN untuk membeli saham Freeport Indonesia tersebut. 

Rini mengatakan rencana pembelian saham Freeport Indonesia oleh BUMN kemungkinan menggunakan pinjaman asing, tetapi tidak berasal dari China. Rini mengatakan kajian pembelian saham tersebut dilakukan oleh sejumlah lembaga yang terafiliasi dengan BUMN, seperti PT Bahana Securities. Pada saat ini, pemerintah masih menunggu nilai penawaran dari Freeport Indonesia.