Intervensi BI & Pembelian Bersih Investor Asing Dorong Penguatan Rupiah

Bareksa • 06 Oct 2015

an image
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. ANTARA FOTO/Yudhi M

Dua hari terakhir, investor asing lakukan pembelian bersih di bursa saham Rp725 miliar

Bareksa.com - Rupiah hari ini (Selasa, 6 Oktober 2015) menguat cukup signifikan setelah sebelumnya sempat menyentuh level Rp14.500 per dolar, terendah sejak tahun 1998. Hal tersebut memberi sentimen positif bagi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI naik 2 persen setelah menyentuh level terendah sejak Juli 2014.

Hari ini sampai dengan jam 13.30 WIB nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg rupiah naik 1,71 persen ke level Rp14.254,3 per dolar mengungguli mata uang lain di kawasan Asia yang rata-rata meningkat di bawah satu persen.

Apa yang mendorong penguatan rupiah hari ini?

Broker Forex dari PT Global Sarana Lintas Artha Adi Hadian mengatakan kenaikan signifikan ini juga dipicu oleh intervensi dari Bank Indonesia. "Sebagian memang diintervensi BI sampai level Rp14.180," katanya kepada Bareksa, Selasa 6 Oktober 2015.

Menurut dia, masih ada sebagian bank yang melakukan pembelian dolar dalam jumlah sedikit. Pasalnya mereka takut nilai dolar yang semakin melemah.

Adi mengatakan, sudah tiga hari rupiah mengalami tren penguatan. Penyebabnya dana asing mulai masuk ke lagi Indonesia karena turunnya data ekonomi Amerika Serikat.

"Dolar Amerika memang sedang melemah. Jadi semua mata uang naik terhadap dolar Amerika," katanya.

Intervensi oleh Bank Indonesia didukung posisi cadangan devisa Indonesia yang masih mencukupi. Walaupun terus menurun, cadangan devisa Indonesia masih memadai untuk membiayai 10,46 kali impor, jauh melebihi standar internasional 3 kali impor. (Baca juga: Ekonomi Belum Cerah, Mampukah BI Tahan Rupiah Yang Sudah Sentuh Rp14.500/$?)

Grafik: Cadangan Devisa Indonesia


sumber: Bank Indonesia

Walaupun Bank Sentral masih melakukan intervensi, tapi penguatan rupiah yang terjadi juga didukung oleh kembalinya investor asing ke dalam negeri. Hal ini terlihat dari transaksi asing dalam dua hari terakhir yang didominasi aksi beli.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan bahwa pada Senin 5 Oktober 2015 investor asing mencatatkan beli bersih Rp335,3 miliar. Kemudian hari ini sampai dengan penutupan perdagangan sesi pertama investor asing melakukan beli bersih Rp390,45 miliar. Secara total asing sudah melakukan pembelian bersih Rp725,72 miliar.

Grafik: Transaksi Beli Bersih Asing di Bursa Efek Indonesia


sumber: IDX, diolah Bareksa

Head of Research and Analysis PT Monex Investindo Futures Ariston Tjandra kepada Bareksa.com mengungkapkan dalam dua hari belakangan rupiah dan semua mata uang dari negara emerging market memang mendapatkan momentum kenaikan dari data ekonomi Amerika Serikat. Data perekonomian Amerika Serikat terus berada di bawah ekspektasi pasar.

"Ini membuat Amerika Serikat tidak memungkinkan untuk menaikkan suku bunganya pada tahun ini. Dengan demikian asing bisa masuk lagi ke tempat yang berisiko," ujarnya.

Kebijakan ini, menurut dia, juga dimanfaatkan oleh Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar forward dan juga spot. Ariston menilai bukan tidak mungkin momentum penguatan rupiah ini akan terus berlanjut.

"Kalau momentumnya bisa dijaga dan terus berlanjut maka bisa saja rupiah kembali ke level Rp14.000," katanya.