Antisipasi Pelemahan Rupiah, Seberapa Besar Astra Lakukan Hedging? Ini Datanya

Bareksa • 30 Sep 2015

an image
A man walks past the Toyota display at the Jakarta Fair car exhibition in Jakarta, Indonesia, June 30, 2015. REUTERS/Nyimas Laula

YTD, saham ASII ambrol 28% lebih rendah dari depresiasi rupiah

Bareksa.com - Mengurangi efek negatif pelemahan nilai tukar rupiah, PT Astra International Tbk (ASII) menerapkan kebijakan "hedging" (lindung nilai) untuk menjaga risiko fluktuasi nilai tukar yang sedang tinggi saat ini.

Head of Investor Relation Astra, Tira Ardianti mengakui adanya penurunan bisnis akibat perlambatan ekonomi. Tetapi manajemen berusaha agar penurunan kinerja Astra lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.

"Kondisi ini justru jadi kesempatan bagi Astra untuk menunjukan daya tahan yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan pesaing-pesaing kami," kata Tira saat dihubungi Bareksa.com.

Year-to-date, rupiah telah merosot 15,3 persen terhadap dolar Amerika. Posisi hari ini jam 11.46 WIB, rupiah diperdagangkan pada nilai Rp14.647 per dolar Amerika.


Sumber: Bareksa.com

Ambrolnya nilai tukar rupiah turut mendorong penjualan pada saham ASII. Secara year-to-date harga saham ASII turun 28,6 persen, jauh lebih tinggi dari depresiasi nilai tukar. Untuk itu secara bisnis, Astra melindungi pembayaran kewajiban kepada suplier maupun utang dalam bentuk dolar Amerika dengan metode hedging.

Dalam laporan keuangan konsolidasi Astra periode Juni 2015, aset Astra dalam mata uang dolar Amerika hanya sebesar Rp1,74 triliun sedangkan kewajibannya Rp4,32 triliun. Artinya terdapat selisih kewajiban sekitar Rp2,57 triliun. Untuk itu Astra melakukan hedging terhadap kewajiban tersebut sekitar Rp2,67 triliun seperti disampaikan dalam catatan atas laporan keuangannya.

Tira mengakui beberapa investor besar mengurangi kepemilikan saham di Indonesia termasuk pada saham ASII karena terlalu banyak ketidakpastian di luar Indonesia yang membuat investor mengambil aset keuangan yang lebih aman sementara waktu. "Tetapi tidak semua saham ditarik karena melihat potensi investasi di Indonesia yang masih tinggi".

Keluarnya dana investor asing juga tercermin dari data Bareksa.com dimana akumulasi sejak awal Januari 2015 sampai akhir September 2015 terjadi penjualan bersih saham ASII oleh investor asing sekitar Rp1,38 triliun.

Angka tersebut berkisar 5,3 persen dari total dana keluar (outflow) investor asing di pasar saham pada periode yang sama.

"Fokus kami bukan harga saham. Saya rasa pelaku pasar tahu bahwa turunnya kinerja saham ASII lebih disebabkan kekhawatiran akan pelemahan rupiah dan perlambatan pertumbuhan ekonomi," tambah Tira.

Tira meyakini bahwa ini merupakan kondisi cyclical. "Kemarin juga kita pernah kena krisis, tapi pulih juga".

Berdasarkan analisis Bareksa.com menggunakan Price Earning Band (PE Band), saham ASII saat ini berada jauh dibawah dua kali standar deviasi atas rata-rata PE selama tiga tahun terakhir. Artinya saham ASII murah dan layak untuk dibeli. Sejumlah broker asing juga terpantau sudah kembali melakukan pembelian terhadap saham ASII kemarin. (Baca juga: Broker Asing Kembali Beli Astra & Unilever)


Sumber: Bareksa.com