Kenapa Amerika Dukung Mata Uang China Jadi Mata Uang Global?
Ekspor Amerika tertekan dalam kondisi menguatnya dolar Amerika terhadap mata uang lain
Ekspor Amerika tertekan dalam kondisi menguatnya dolar Amerika terhadap mata uang lain
Bareksa - Dukungan Amerika Serikat agar mata uang China, yuan menjadi mata uang global seperti dolar Amerika terjadi karena jika China kembali melakukan devaluasi dikhawatirkan mengancam ekspor Amerika.
Penguatan dolar Amerika tidak hanya menjadi masalah bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia tetapi juga memberikan dampak negatif bagi negara dengan julukan "Negeri Paman Sam" ini.
Bagaimana tidak, sejak dolar menguat terhadap hampir seluruh mata uang dunia yakni Januari 2015, ekspor Amerika menyusut hingga hampir separuh dari tahun sebelumnya. Merosotnya ekspor berpotensi menekan aktifitas produksi dan akhirnya bisa berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran.
Promo Terbaru di Bareksa
Padahal, Amerika hingga saat ini masih berusaha untuk menurunkan jumlah pengangguran di negaranya. Data terakhir di bulan Agustus menunjukan angka pengangguran sebesar 5,10 persen turun dari Juli sebesar 5,30 persen. Tapi jika ekspor masih terus menurun, bukan tidak mungkin pengangguran akan kembali naik.
Kekhawatiran pemerintah Amerika tercermin dari langkah The Fed yang tidak jadi menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Padahal hingga akhir Juli 2015 para ekonom masih memproyeksi kemungkinan besar kenaikan suku bunga acuan terjadi di bulan September 2015.
(Baca juga: Jumlah Analis Yang Proyeksi Fed Rate Akan Naik September Berkurang Separuh)
Grafik: Ekspor Amerika Serikat
Sumber: Tradingeconomics.com
Oleh karena itu Amerika juga mewaspadai langkah China yang pada 11 Agustus 2015 lalu melakukan devaluasi yuan terhadap dolar Amerika. Tindakan China semakin memperkokoh penguatan dolar Amerika. Pada hari itu mata uang di negara berkembang melemah lebih dari satu persen dibandingkan hari sebelumnya. Dolar Singapura dan Rupiah Indonesia melemah 1,4 persen terhadap dolar Amerika. Ringgit Malaysia melemah 1,64 persen bahkan Ruble Rusia terkapar hingga 2 persen.
Walaupun mendorong konsumsi di Amerika, menguatnya dolar Amerika juga membuat ekspor menjadi tidak kompetitif. Jika semakin kuat dalam jangka waktu pendek tentunya efek positif dari penguatan dolar terhadap Amerika jadi berkurang.
(Baca juga: AS Beri Sinyal Dukung Yuan Menjadi Mata Uang Global)
Gertakan China dengan melakukan devaluasi Yuan setelah IMF kembali mereview usulan memasukan Yuan dalam Special Drawing Right (SDR) -kelompok mata uang yang digunakan oleh dunia internasional sebagai alat pembayaran- bukan tanpa alasan. Pemerintah China telah banyak berkorban demi menjaga stabilitas Yuan agar masuk dalam kriteria IMF.
(Baca juga: China Sempat Buang-Buang Devisa Sebelum Lakukan Devaluasi)
Apalagi setelah The Fed berencana menaikkan suku bunga, Yuan jauh tertinggal dibandingkan dengan mata uang lainnya. Berdasarkan data yang diolah Bareksa.com, sejak September 2012, yuan hanya melemah 1,31 persen terhadap dolar Amerika. Padahal yen Jepang sudah melemah 35,20 persen, real Brasil melemah 49 persen, serta Euro yang melemah 13 persen.
Grafik: Pergerakan Mata Uang Dunia Terhadap Dolar Amerika Periode September 2012 - September 2015
sumber: Bareksa
Kuatnya yuan membuat harga barang asal China jadi kurang bersaing dibanding harga barang dari negara lain yang mengalami penurunan kurs lebih dalam. Padahal China juga saat ini sulit memangkas ongkos produksi akibat kenaikan upah. Mengecilnya jumlah pengangguran di China, membuat suplai lapangan pekerjaan lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja dan menyebabkan pertumbuhan upah di China meningkat.
Amerika berkontribusi paling besar terhadap nilai ekspor China, sehingga jika mata uangnya jauh tertinggal tentu dikhawatirkan ekspor China juga akan semakin terperosok. Selain itu pertumbuhan ekspor China ke negara-negara tujuan ekspor lainnya juga merosot jauh karena dalam bertransaksi China menggunakan dolar Amerika.
Jika Yuan dijadikan SDR, maka transaksi ekspor China dengan negara lain bisa menggunakan mata uang yuan tidak lagi dengan dolar Amerika. Tentunya ini berpotensi membantu China untuk kembali meningkatkan ekspor.
Grafik: Pasar Ekspor China
Sumber: Goodwill China Business Information Ltd (GCB data)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.