Kebutuhan Infrastruktur Meningkat, Impor Agustus Melonjak 21,76 Persen

Bareksa • 16 Sep 2015

an image
Workers stand on top of a new highway under construction which will connect between Jakarta and Bekasi alongside Kalimalang river area in Jakarta, September 7, 2015. REUTERS/Nyimas Laula

Peningkatan impor ini sangat penting, karena mengindikasikan peningkatan permintaan yang sebelumnya mengalami penurunan

Bareksa.com – Perekonomian Indonesia tampaknya mulai menggeliat. Setelah sebelumnya penjualan semen dan mobil naik pada Agustus, kini giliran data impor yang menunjukkan peningkatan, sekaligus mengindikasikan semakin bergeraknya perekonomian nasional.

Hal itu diungkapkan oleh tim ekonom Mandiri Sekuritas kepada para nasabahnya. “Ini menunjukkan tanda pemulihan ekonomi terutama untuk investasi,” tulis tim ekonom Mandiri Sekuritas.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data impor Agustus yang naik 21,76 persen menjadi US$ 12,27 miliar dari sebelumnya $10,07 miliar pada Juli. Peningkatan nilai impor ini sangat penting karena mengindikasikan adanya peningkatan permintaan dari dalam negeri yang selama tujuh bulan terakhir terus mengalami penurunan.

Menariknya, peningkatan impor ini didorong oleh meningkatnya beberapa golongan barang kebutuhan sektor infrastruktur, seperti mesin dan alat berat. Impor mesin dan alat berat sepanjang Agustus meningkat 26,46 persen dari sebelumnya $1,55 miliar pada Juli 2015.

Kenaikan juga diperlihatkan oleh data impor golongan mesin dan peralatan listrik serta golongan besi dan baja yang masing-masing naik 20,43 persen dan 40,28 persen.

Tabel 10 Golongan Barang Impor Terbanyak Periode Agustus 2015

Sumber: BPS, diolah Bareksa

Belanja Modal Pemerintah Diperkirakan Juga Meningkat

Membaiknya sejumlah data ekonomi yang didorong oleh kebutuhan sektor infrastruktur ini diperkirakan akan berdampak positif bagi penyerapan anggaran pemerintah. “Realisasi belanja modal diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir 2015, didorong oleh pertumbuhan ekonomi sejalan dengan meningkatnya permintaan untuk bahan baku dan barang modal impor.”

Selain itu, defisit transaksi berjalan juga diperkirakan akan berkisar 2,2 persen terhadap PDB. “Dengan asumsi surplus perdagangan pada September relatif lebih rendah dari hasil pada Agustus.”