Bareksa.com - Pemerintah mengumumkan paket kebijakan untuk mendorong perekonomian. Kebijakan yang diumumkan Rabu (9/9) malam tadi, fokus untuk mengembangkan iklim investasi dan menjaga daya beli masyarakat. Tapi di sisi lain, sejumlah analis menilai bahwa kebijakan ini butuh waktu panjang untuk memberi manfaat pada pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra dalam riset yang diterima Bareksa hari ini memandang paket kebijakan yang diumumkan semalam menunjukan keseriusan pemerintah dalam membuka kesempatan investasi sebesar-besarnya, dan menjaga daya beli masyarakat terutama yang berpenghasilan rendah.
Namun menurut Aldian sebagian kebijakan membutuhkan waktu untuk memberikan manfaat bagi perekonomian. Selain itu, beberapa kebijakan yang diumumkan semalam bukan lagi hal baru, melainkan sudah termasuk dalam program pemerintah tahun ini. "Untuk itu, pemaparan detail paket stimulus sangat penting untuk membedakan dengan program sebelumnya," tulisnya Aldian dalam riset.
Senada dengan Aldian, Rangga Cipta Ekonom Samuel Sekuritas menilai kebijakan deregulasi yang dilakukan pemerintah membutuhkan waktu untuk diimplementasikan. "Deregulasi lebih struktural dan jangka panjang," kata Rangga saat dihubungi Bareksa.
Menurut Rangga, dibandingkan dengan deregulasi, percepatan realisasi anggaran dan pemberian stimulus fiskal (peringanan pajak) jauh lebih penting untuk memperbaiki prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurutnya, akan lebih baik jika pemerintah berani memperlebar defisit fiskal untuk menggenjot realisasi anggaran. "Pendapatan bisa ditutup dengan utang. Defisit fiskal harus diperlebar. itu sudah lebih dari cukup untuk memperbaiki prospek pertumbuhan," Kata Rangga.
Grafik: Defisit Anggaran Negara
Sumber: Bareksa
Lebih lanjut, pengumuman paket kebijakan belum mampu mengerek bursa saham yang masih diselimuti sentimen negatif dari melemahnya sebagian besar bursa Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai dengan jam 10.03 turun 0,5 persen ke level 4.325,46. (Baca juga: Jokowi Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi, IHSG Koreksi Terbatas)
Selain itu, paket kebijakan juga belum mampu membendung pelemahan nilai tukar rupiah yang hari ini mengalami penurunan 0,45 persen ke level Rp14.325 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.261 per dolar. Seperti penurunan di bursa saham, pelemahan rupiah juga seiring dengan pelemahan nilai tukar di kawasan asia. (np)