Rupiah Terus Ambruk Tembus 14.000/$. Indonesia Sudah Krisis Ekonomi?
Simptom lain, krisis biasanya tercipta jika beberapa bank mulai megap-megap, yang berbuntut kebangkrutan.
Simptom lain, krisis biasanya tercipta jika beberapa bank mulai megap-megap, yang berbuntut kebangkrutan.
Bareksa.com – Nilai tukar rupiah kembali ambruk, kini tembus ke level Rp14.050 per dolar AS pada pukul 16.55 WIB pada perdagangan intraday hari ini. Yield obligasi 10 tahun pemerintah ikut melonjak ke level 8,88-9,06 persen. Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol hingga 5,13 persen ke level 4.113,4. (Baca juga: Ekonomi China & The Fed Tak Pasti, Rupiah Tembus 14.000 per Dolar AS)
Pertanyaannya, apakah Indonesia sudah memasuki fase krisis ekonomi?
Grafik: Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Intraday 24 Agustus 2015
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bloomberg
Jangan panik dulu.
Chief Economist Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra menilai kondisi saat ini masih jauh dari krisis ekonomi, dan lebih diakibatkan terseret pelemahan ekonomi global. “Ini tidak hanya kita. Mata uang negara lain juga mengalami pelemahan.”
Meski nilai tukar rupiah dan IHSG terus anjlok, Aldian melihat situasi saat ini masih lebih baik dibandingkan saat Indonesia dan sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara dihantam krisis pada 1997-1998 lalu.
"Utang luar negeri jangka pendek kita saat itu sangat besar. Eksposur utang luar negeri perbankan Indonesia terhadap dolar AS juga sangat besar dibandingkan total asetnya," diterangkan Aldian kepada Bareksa.
Selain itu, dari total utang luar negeri per bulan Maret 1998 yang tercatat sebesar $138 miliar, sebanyak $20 miliar akan jatuh tempo di tahun 1998. Sementara, cadangan devisa saat itu hanya tinggal sekitar $14,44 miliar. Dengan kata lain, cadangan devisa tidak bisa membiayai utang jangka pendek.
"Saat itu, kita menggunakan currency peg. Jadi, cadangan devisa terus berkurang karena digunakan untuk menahan nilai tukar rupiah."
Kondisi itu jelas berbeda dengan saat ini. Rasio cadangan devisa terhadap utang luar negeri jangka pendek masih terjaga di kisaran 2,52-2,84 kali. Nilai cadangan devisa Indonesia per bulan Juni 2015 $108,03 miliar, sementara utang luar negeri jangka pendek tercatat $42,28 miliar.
Grafik: Rasio Cadangan Devisa terhadap Utang Luar Negeri yang Jatuh Tempo
Sumber: Bank Indonesia, diolah Bareksa
Kepanikan masif
Seperti halnya Aldian, ekonom senior dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Dr. Ari Kuncoro juga memandang ekonomi Indonesia belum bisa dikatakan sudah dibelit krisis. Menurutnya, kondisi saat ini lebih pantas disebut sebagai "kondisi ketar-ketir”.
“Ini karena semua orang berusaha untuk menyelamatkan uang masing-masing. Padahal, fundamental ekonomi kita masih oke,” Ari menjelaskan.
Kondisi irasional ini, menurut dia, tidak lepas dari kebijakan devaluasi China yang mengubah perhatian pelaku pasar dari fokus sebelumnya pada kenaikan suku bunga The Fed. "Ini membuat bingung pelaku pasar."
Ari menerangkan tolok ukur krisis ekonomi yang paling kasat mata adalah jika terjadi kepanikan masif di masyarakat akibat situasi yang tidak pasti di masa depan. Contohnya seperti yang dialami Yunani beberapa waktu lalu, di mana warga berbondong-bondong mencairkan uang mereka. ”Beda dengan kita, sekarang masyarakat masih tenang-tenang saja."
Simptom lain, krisis biasanya tercipta jika beberapa bank mulai megap-megap, yang berbuntut kebangkrutan. "Saat ini belum ada bank yang dinyatakan bangkrut. Jadi, jangan khawatir. Yang penting masyarakat dan investor jangan panik." (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.