Penurunan Harga Minyak Kembali Hadang Emiten Perminyakan

Bareksa • 21 Aug 2015

an image
Pekerja melakukan proses produksi di Kilang Pengolahan Pertamina Unit VII Kasim, Sorong, Papua Barat, Rabu (3/6). Kilang tersebut dapat memproduksi 10.000 barrel per hari guna memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Papua dan Maluku. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Badan Adnimistrasi Energi AS (EIA) memotong proyeksi harga minyak menjadi di bawah $50 per barel

Bareksa.com -  Harga minyak dunia jenis WTI kembali bergerak turun. Kini, harganya diperdagangkan pada $40,85 per barel, level terendah sepanjang 6 tahun terakhir.

Penurunan harga minyak yang tengah terjadi diperkirakan masih akan berlangsung sepanjang 2015. Pasalnya, dua negara produsen terbesar dunia, Arab Saudi dan Rusia tidak mau menurunkan produksinya. Seorang eksekutif di Gazprom—perusahaan minyak milik Rusia— bahkan mengatakan perusahaannya tidak akan menurunkan produksinya meski harga minyak dunia terus melemah.

Grafik Harga Minyak Jenis WTI

Sumber: Bareksa.com

Kondisi ini mendorong Badan Administrasi Energi (EIA) AS memotong proyeksi harga minyak yang diperdagangkan di Negeri Paman Sam menjadi di bawah $50 per barel sampai akhir tahun.

"Kekhawatiran atas laju pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, pertumbuhan pasokan yang terus terjadi (meski lambat), kenaikan cadangan minyak global, dan kemungkinan peningkatan volume minyak mentah Iran yang akan memasuki pasar ikut berkontribusi pada perubahan forecast kami," ungkap laporan EIA tersebut.

Proyeksi Harga Minyak 2015-2016 oleh EIA

Sumber: Energy Information Administration (EIA)

Hal ini jelas akan kembali memukul industri yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi emas hitam tersebut. Pada semester I-2015 saja, kinerja keuangan beberapa emiten di industri ini mulai menurun.

Sebut saja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang mencatatkan penurunan laba 19,79 persen menjadi $4,5 juta pada Semester I-2015. Turunnya perolehan laba MEDC ini seiring merosotnya pendapatan MEDC yang anjlok 22,42 persen.

Turunnya perolehan laba pun dirasakan oleh PT Elnusa Tbk (ELSA). Laba bersih anak usaha Pertamina di bidang jasa pencarian minyak bumi ini menyusut 25,58 persen.

"Hasil kinerja semester ini merupakan kerja keras terbaik seluruh lini perseroan dalam meningkatkan laba bersih pada kondisi industri migas yang lesu," ungkap Direktur Keuangan Elnusa, Budi Rahardjo dalam keterangan tertulisnya.

Kerugian malah harus dialami oleh PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) akibat tingginya beban operasi di tengah pelemahan harga jual minyak.

Tabel Kinerja Semester I-2015 Perusahaan yang Bergerak di Bidang Perminyakan

Sumber: Bareksa.com

Turunnya harga minyak juga menyebabkan beberapa perusahaan tersebut terpaksa memotong belanja modal, seperti yang dialami oleh PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS). RUIS terpaksa memangkas 47,14 persen anggaran belanja modalnya menjadi Rp74 miliar. Dari jumlah tersebut, manajemen RUIS bahkan baru menyerap 10 persen sepanjang semester I-2015.

“Tahun lalu besar salah satunya karena ada investasi untuk kapal. Satu fleet sekitar US$ 10 juta. Saat ini dengan situasi ekonomi kami juga sangat berhati-hati dalam investasi,” ungkap Direktur Keuangan Radiant Utama Muhammad Hamid saat public expose di Jakarta di akhir Juni lalu.