MARKET FLASH: KRAS Rencana Bangun PLTU

Bareksa • 21 Aug 2015

an image
Gulungan baja di sebuah pabrik. REUTERS/Fabian Bimmer

AKRA siapkan dana internal bayar utang; RIMO batal RUPS 4 kali

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) 

KRAS berencana membangun pembangkit listrik apabila memperoleh penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp1,5 triliun pada tahun depan. Sekretaris Perusahaan KRAS Iip Arief Budiman mengatakan pembangunan pembangkit listrik itu masih dalam tahap perencanaan sehingga kapasitas dan nilai proyek belum bisa disebutkan. Pada saat ini, KRAS memiliki anak usaha PT Krakatau Daya Listrik yang memiliki lima unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masing-masing berkapasitas 80 megawatt dengan kapasitas terpasang 400 megawatt. Krakatau Daya Listrik memiliki rencana untuk mengubah lima unit boiler bahan bakar minyak dan gas PLTU 400 MW tersebut dengan boiler batu bara.

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

AKRA menyiapkan dana internal untuk membayar utang bank jatuh tempo pada tahun ini sekitar Rp900 miliar. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2015, perseroan memiliki utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun senilai Rp418,4 miliar. Utang ini berasal dari berbagai fasilitas yang antara lain diberikan oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), dan Bank of China. Emiten distribusi kimia dasar dan bahan bakar minyak (BBM) itu juga memiliki utang bank jangka pendek yang jatuh tempo pada tahun ini senilai Rp500 miliar. 

PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) 

RIMO tak kunjung mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk merealisasikan rencana penerbitan saham baru (rights issue). Bila belum mendapat izin, emiten belum dapat meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Namun, sudah empat kali emiten ini gagal melangsungkan RUPSLB. Kamis (20/8), seharusnya RIMO menggelar RUPSLB. Tetapi, RUPSLB kembali diundur menjadi 28 Agustus 2015. Noor Rachman, Deputi Komisioner bidang Pasar Modal OJK, mengatakan, alasan belum turunnya izin karena RIMO belum bisa memenuhi kelengkapan dokumen yang diminta OJK, termasuk data pihak terkait. 

PT Cakra Mineral Tbk (CKRA) 

CKRA mengajukan penawaran akuisisi 100 persen saham perusahaan batu bara kokas yang tercatat di bursa Australia, Cokal Limited pada 14 Agustus 2015. Emiten pertambangan mineral ini mengajukan tiga opsi penawaran saham Cokal dengan nilai transaksi A$ 75,45 juta. Opsi pertama, akuisisi melalui transaksi tunai dengan nilai A$ 0,16 per saham Cokal. Opsi kedua, pertukaran saham atau share swap  dengan 10.327 saham CKRA untuk setiap satu saham Cokal. Opsi ketiga, kombinasi antara pembayaran secara tunai dan share swap 

Untuk merealisasikan akuisisi tersebut, CKRA bermaksud menggelar aksi rights issue dengan target nilai sebesar US$ 113 juta. Bertindak sebagai standby buyer aksi tersebut dalah PT Sinarmas Sekuritas. Perusahaan berencana melakukan rights issue dengan menggunakan buku Juni 2015. Artinya, aksi penjualan saham paling lambat digelar Desember 2015. Sebelum itu, CKRA masih harus mendaftar dan meminta persetujuan rights issue ke Otoritas Jasa Keuangan.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

Anak usahanya SMRA PT Summarecon Investment Property berniat mencari dana di pasar modal dengan menggelar initial public offering (IPO) akhir tahun ini atau awal 2016. Summarecon Investment siap melepas 20 persen saham ke publik dengan target perolehan dana US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun. Perusahaan telah menunjuk Deutsche Bank sebagai penjamin emisi untuk perhelatan ini. Dana hasil IPO akan digunakan untuk mendukung ekspansi pembangunan properti di Indonesia.