Bareksa.com - Demi memenuhi persyaratan pencatatan dengan jumlah saham publik 50 juta lembar dan minimal 7,5 persen modal disetor, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) akan menerbitkan saham baru (rights issue) sebanyak 269.723.076 lembar saham.
Sebelumnya, perusahaan rokok milik Philip Morris ini merupakan saham rokok yang jarang diperdagangkan di bursa dan memiliki valuasi harga saham yang lebih tinggi dibanding kompetitornya.
Selama ini, perdagangan saham HMSP dapat dikatakan sepi karena jumlah saham beredar yang sangat minim. Berdasarkan data Bareksa dalam satu tahun terakhir rata-rata volume perdagangan HMSP hanya 7,9 ribu lembar per hari. Kalah jauh jika dibandingkan dengan dua emiten rokok lainnya, yakni PT Gudang Garam TBK (GGRM) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang memiliki rata-rata perdagangan harian di atas 400 ribu lembar per hari.
Sepinya perdagangan tidak terlepas dari sangat minimnya jumlah saham HMSP yang beredar di pasar. Berdasarkan laporan registrasi pemegang efek Juni 2015, sebanyak 98,41 persen saham HM Sampoerna dipegang oleh PT Phillip Morris Indonesia, 1,33 persen dimiliki badan usaha asing, sementara masyarakat hanya 0,23 persen.
Presentase saham yang dimiliki masyarakat tentunya terlalu kecil. Apalagi jika dibandingkan dengan GGRM yang sebanyak 24,45 persen sahamnya dimiliki masyarakat, dan juga WIIM sebanyak 28,43 persen. Hal ini membuat saham HMSP lebih jarang diperdagangkan di bursa saham.
Grafik: Volume Perdagangan Saham HMSP, GGRM & WIIM
sumber: Bareksa.com
Secara valuasi, HMSP yang saat ini diperdagangkan pada harga Rp81.875 per saham memiliki nilai price to earning ratio (PER) 33,31 persen, tertinggi di antara GGRM dengan PER 17,26 kali dan WIIM dengan PER 8,8 persen.
Begitu juga jika dilihat dari rasio price to book value (PBV). Menurut data Bareksa, HMSP memiliki nilai PBV sebesar 25,5 lebih tinggi dibanding GGRM 2,57 dan WIIM 1,16. Artinya harga saham HMSP lebih mahal jika dibandingkan dengan saham rokok lainnya.