Beli Saham Newmont? Ini Potensi Keuntungan untuk ANTM

Bareksa • 10 Aug 2015

an image
Workers stand at the top of a mountain of waste rock at Newmont Mining Corp's copper and gold mine on Indonesia's Sumbawa island - (REUTERS/Neil Chatterjee)

Sejak 2009, Antam sudah didorong beli 7% divestasi Newmont

Bareksa.com - Setelah tertunda hampir lima tahun divestasi  atau pelepasan saham asing sebanyak 7 persen di PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) akan berlanjut kembali.  Salah satu calon pembeli 7 persen saham perusahaan yang mengoperasikan tambang Batu Hijau di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat itu antara lain PT Aneka Tambang Tbk. (Antam).

Sebenarnya pemerintah pusat telah menunjuk Pusat Investasi Pemerintah (PIP) untuk membeli 7 persen saham NNT (divestasi periode 2010) tersebut. Bahkan PIP dan Nusa Tenggara Partnership B.V (pengendali saham NNT) telah menandatangani perjanjian jual beli saham sejak 6 Mei 2011 senilai US$ 246,8 juta. Namun transaksi tidak juga selesai, maka perjanjian harus diperpanjang hingga lima kali.

Divestasi saham terakhir NNT itu makin terkatung-katung karena pada Februari 2015 PIP dilebur ke PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI). Akhirnya, pemerintah menyerahkan persoalan divestasi Newmont Nusa Tenggara kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).   Salah satu BUMN yang disebut-sebut akan menawar 7 persen saham NNT adalah Antam—kode emiten sahamnya ANTM. Baca juga:  Saham Melonjak Dua Hari, Antam Tawar Newmont?

Sebenarnya, Antam sudah sejak 2008 didorong untuk mengambil porsi 14 persen divestasi saham NNT. Namun, Antam hanya bersedia minimal membeli 15,5 persen (50 persen dari 31 persen saham yang wajib dilepas oleh Nusa Tenggara Partnership B.V). Pembelian oleh Antam pun akhirnya kandas.

Lantaran divestasi terakhir saham NNT belum terlaksana,  Nusa Tenggara Partnership B.V saat ini masih memegang 56 persen saham NNT. Sebanyak 20 persen dipegang Grup Jusuf Merukh dan 24 persen sudah dikuasai oleh PT Multi Daerah Bersaing (MDB), perusahaan patungan antara Grup Bakrie dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB). Walhasil tinggal tersisa 7 persen. Seandainya dulu jadi mengakuisisi, Antam berpotensi menikmati dividen dari perusahaan yang memiliki sumber daya tembaga sebanyak 6,4 miliar pound (per akhir 2014) itu.

Lantas, berapa potensi keuntungan Antam bila berinvestasi di NNT?
Bareksa menelusuri laporan keuangan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), afiliasi Grup Bakrie melalui produsen batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI). BRMS sendiri memegang 75 persen saham di MDB, yang memegang 24 persen saham NNT. Artinya BRMS menguasai langsung saham NNT sebesar 18 persen.

Grafik Kepemilikan Saham Newmont Nusa Tenggara

Sumber: Newmont Nusa Tenggara


Investasi di tambang tembaga terbesar Indonesia itu memang tidak murah. BRMS, melalui MDB mengakuisisi saham NNT dalam dua tahap pada 2009. Pertama, MDB membeli 10 persen NNT seharga US$391 juta (periode divestasi 2006 dan 2007) pada 2009. Kemudian, pada tahun yang sama, MDB meneken perjanjian kedua untuk membeli 14 persen lagi saham NNT seharga US$493,6 juta (periode divestasi 2008 dan 2009).

Grafik Nilai Investasi BRMS di Newmont Nusa Tenggara

Sumber: Laporan Keuangan BRMS

Dalam perjanjian itu, divestasi NNT periode 2008 sebesar 7 persen harganya US$246,8 juta. Adapun divestasi 7 persen (periode 2009) juga dengan harga sama. Walhasil  total investasi BMRS dan Pemda NTB atas 24 persen saham NNT mencapai US$884 juta. Investasi itu langsung dikompensasi dengan perolehan dividen US$17,4 juta pada tahun yang sama.

Pada tahun pertama saja, BRMS langsung mendapatkan dividen dari NNT karena laba bersih untuk entitas non-pengendali diterima BRMS sebesar US$487,6 juta. Pada tahun selanjutnya, BRMS pun menerima dividen dari NNT sebesar Rp1,58 triliun atau setara US$175,9 juta.

Namun, pada 2011 angka dividen yang diterima BRMS dari NNT turun menjadi Rp428 miliar atau hanya US$48 juta saja. Bahkan selama tiga tahun selanjutnya, BRMS tidak menerima dividen dan nilai investasinya turun.  Penyebabnya kinerja NNT memburuk, hingga mencapai rugi  pada 2013 dan 2014 seiring dengan turunnya harga komoditas dan larangan ekspor bijih mineral mentah oleh pemerintah.

Grafik Dividen Diterima BRMS di Newmont Nusa Tenggara

Sumber: Laporan Keuangan BRMS

Andaikan Antam sejak 2009 juga sudah memiliki porsi saham NNT setidaknya 7 persen saja, dividen untuk tiga tahun pertama pun dapat dinikmati.  Dengan asumsi Antam bersedia menanamkan modal US$246,8 juta, maka pada 2009 dividen yang diterima ANTM  sebesar US$10,15 juta. Pada tahun selanjutnya akan meningkat menjadi US$68,43 juta dan US$18,67 juta pada 2011.

Sampai dengan 2028, total dividen yang bisa diperoleh ANTM senilai US$ 485,3 juta atau setara dengan Rp 6,3 triliun—dengan asumsi nilai tukar rupiah Rp 13.000 per US$. Nilai dividen ini cukup menguntungkan karena biaya (modal) yang dikeluarkan ANTM untuk membeli 7 persen saham NNT hanya US$246,8 juta.

Grafik Asumsi Nilai Investasi dan Dividen Diterima Antam

Sumber: Asumsi Bareksa mengacu laporan keuangan BRMS

Di masa depan, Antam tetap berpotensi menikmati dividen NNT bila perusahaan ini berhasil membeli 7 persen saham (divestasi terakhir).