Rizal Ramli Jadi Calon Menko Ekonomi, Mengkilatkah Kinerjanya Dulu?
Ketika menjadi Menko Ekonomi era Gus Dur, investasi dan nilai tukar rupiah merosot, inflasi membubung.
Ketika menjadi Menko Ekonomi era Gus Dur, investasi dan nilai tukar rupiah merosot, inflasi membubung.
Bareksa.com - Rencana perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja semakin berhembus kencang. Setelah Darmin Nasution digadang-gadang menduduki posisi Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil, belakangan beredar kabar Rizal Ramli juga dicalonkan menduduki posisi yang sama.
Pro-kontra mewarnai desas-desus pencalonan pria asal Sumatera Barat ini. (Baca di sini: Muka-muka Lama Akan Gantikan Menteri yang Lemah, Darmin Masuk Bursa Kabinet)
Bukan pertama kalinya Rizal berada di jajaran pemerintahan. Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal dipasang sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dengan periode jabatan 23 Agustus 2000 - 12 Juni 2001. Lalu, ia menjadi Menteri Keuangan untuk periode 12 Juni 2001 – 9 Agustus 2001.
Promo Terbaru di Bareksa
Kala itu, Rizal menggantikan Kwik Kian Gie yang mundur di tengah masa jabatannya seiring dengan rencana Presiden melakukan reshuffle kabinet.
Bagaimana kiprah Rizal ketika menjadi menteri?
Dr. Ari Kuncoro, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia mengungkapkan saat Rizal terpilih menjadi Menko Perekonomian, Indonesia sedang mengalami masa pemulihan setelah ambruknya Orde Baru. Oleh karena itu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian kala itu memang tidak terlalu tinggi. "Di masa itu kemajuan kecil pun sudah dianggap suatu prestasi," katanya.
Ari menambahkan, masa jabatan Rizal Ramli yang begitu singkat membuat prestasinya tidak terlalu terang dilihat. Ketika Abdurrahman Wahid digantikan Megawati, Rizal juga ikut dicopot. "Sulit untuk mengukur kinerja Rizal Ramli karena masa jabatannya yang singkat."
Meski demikian, analis Bareksa berupaya menyusuri sejumlah data yang bisa dijadikan tolok ukur.
Grafik: Pertumbuhan PDB, Konsumsi dan Investasi
Sumber: Bareksa
Data Badan Pusat Statistik yang diolah Bareksa menunjukkan pada era Rizal, pertumbuhan ekonomi berada di level sekitar 4-5 persen. Kala itu, pertumbuhan ekonomi sempat diproyeksikan Bank Indonesia bisa menyusut di kisaran 3 persen.
Akan tetapi, pertumbuhan investasi melorot hingga 1 persen -- dari semula 21 persen -- ketika ekonomi Indonesia dinakhodai pendiri Econit Advisory Group itu. Salah satu penyebabnya, investor was-was akan ketegangan politik di antara Presiden Gus Dur itu dengan parlemen dan TNI-Polri.
Gonjang-ganjing politik itu juga merontokkan nilai tukar rupiah hingga 27 persen menjadi Rp11.400 per dolar AS per Mei 2001, dibandingkan Rp8.600 per USD di awal Juni 2000.
Grafik: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Periode 1998-2001
Sumber: Bareksa.com
Tak cuma itu, ambrolnya nilai tukar rupiah lantas mendongkrak naik laju inflasi hingga kembali di atas angka 10 persen.
Grafik: Inflasi Tahun 2000-2003
Sumber: Trading Economics
Namun, Rizal bukan tidak meninggalkan catatan positif. Dalam satu tahun masa jabatannya, langkah positif Rizal yang paling diingat Ari Kuncoro adalah proses revaluasi aset-aset BUMN. Salah satu yang berhasil adalah pembentukan Bank Mandiri dari gabungan bank-bank yang telah dilikuidasi.
Selain itu, utang pemerintah pusat juga berkurang $7,03 miliar pada 2001 dibandingkan periode tahun sebelumnya. Pinjaman bilateral diturunkan $1,37 miliar dan Surat Berharga Negara (SBN) senilai $4,85 miliar dilunasi.
Grafik: Posisi Outstanding Utang Pemerintah, 2000-2008 ($ Miliar)
Sumber: Bareksa
Rekam jejak itu membuat sebagian kalangan meragukan Rizal Ramli sebagai figur yang tepat untuk mengambil alih kemudi perekonomian nasional yang lajunya sedang melambat ini. Alasan lain diungkapkan seorang ekonom yang tidak bersedia disebutkan namanya. Kepada Bareksa, dia menyoroti kedekatan Rizal Ramli dengan PDI-P. Pengangkatan Rizal, menurut dia, hanya akan semakin menegaskan posisi Presiden Joko Widodo yang dinilai cenderung lemah dan selalu tunduk di hadapan Megawati. "Itu bad news. Market sekarang ingin melihat sikap tegas Presiden Jokowi melawan tekanan politik". (np, kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.