Bareksa.com - PT Adhi Karya (Persero) Tbk akan menerbitkan saham baru melalui mekanisme rights issue. Total saham yang diterbitkan sebanyak 1,8 miliar lembar dengan target perolehan dana segar sebesar Rp2,7 triliun, sebesar 51 persen di antaranya atau senilai Rp1,4 triliun akan diperoleh dari pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.
Seperti diberitakan sebelumnya, rencana harga right issue ADHI pada kisaran harga Rp 1.510 - 2.400 per saham, dengan rasio rights issue-nya 1:1,01. Pada right issue ini diberlakukan pembulatan ke bawah, sehingga setiap 1 pemegang saham lama berhak atas 1 hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
Harga tersebut di bawah harga pasar sebelumnya pada level Rp2.640 per saham (menggunakan rata-rata harga 90 hari sebelum pengumuman right issue). Akibatnya pada penutupan hari ini harga saham anjlok 14,6 persen menjadi Rp2.250.
Lalu berapa harga saham ADHI setelah right issue?
Jika menghitung harga teoritis (menggunakan range harga right issue yang ditawarkan) maka harga teoritis saham ADHI berada pada kisaran Rp2.073 - 2.520 per saham.
Pada saat ex-right, maka harga teoritis saham ADHI jika harga eksekusinya Rp 1.510 per saham adalah Rp2.073 per saham. Namun, jika harga rights issue-nya Rp2.400 per saham, maka harga teoritis ADHI pasca rights issue sekitar Rp 2.521 per saham. (baca juga : Rights Issue Rp2,7 - 4,3T, Kapitalisasi Pasar ADHI Tetap Paling Kecil)
Melihat keadaan tersebut Reza Priyambada, analis NH Korindo Securities mengatakan psikologis pelaku pasar yang terbentuk cukup membuat banyak investor ADHI khawatir, apalagi range harga saham yang ditawarkan berada di bawah pasar
Reza menambahkan tujuan dari rencana right issue ini dapat dikatakan baik jika ADHI telah memegang segala izin untuk membangun transportasi massal berupa kereta ringan (LRT) beserta stasiun dan properti pendukungnya tersebut. Namun jika masih harus melalui perizinan dan masa pembebasan lahan maka “balik modal” yang diharapkan akan memakan waktu lebih lama.