Bareksa.com - Cerita kini berbalik. Bank yang sering disebut-sebut "dikorbankan" untuk menyalurlkan kredit rumah bersubsidi, kini justru menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Di antara sejumlah bank yang sudah melaporkan kinerja semester I 2015, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membukukan kinerja mengkilap. Bank yang terkenal sebagai bank pemberi kredit rumah ini justru mencatatkan kinerja positif di tengah himpitan perlambatan ekonomi. Apa sebenarnya langkah yang ditempuh BTN di balik sukses ini?
Berdasarkan presentasi kinerja keuangan semester I yang dianalisis Bareksa, bank BUMN ini tampak melakukan optimalisasi penyaluran kredit, baik perumahan maupun non-perumahan. BTN pada semester II berhasil meningkatkan pendapatan bunga sebesar 13 persen, di mana sumber utamanya diperoleh dari penyaluran kredit. Total kredit BTN semester I ini naik 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya--yang tertinggi sejak 2013. Peningkatan paling signifikan berasal dari kredit konstruksi yang naik 27 persen diikuti dengan kredit perumahan bersubsidi yang naik 22 persen.
Grafik: Sumber Pendapatan Bunga BTN
Sumber: Bank BTN, diolah Bareksa
Data pencairan kredit semester I menunjukkan capaian lain. Di paruh pertama tahun ini BTN juga terlihat menggenjot kredit non-perumahan yang berhasil tumbuh 37 persen dibanding kredit perumahan yang tumbuh 32,5 persen. Bahkan kredit konsumsi tumbuh sampai 91 persen, tertinggi di antara jenis kredit lain yang disalurkan BTN.
Uniknya, BTN justru membukukan pertumbuhan signifikan di pos pencairan kredit non-perumahan. Pencairan kredit konsumsi semester I naik sampai 96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel: Pencairan Kredit BTN
Sumber: Bank BTN
Bank BTN selain berhasil mendongkrak pendapatan bunga, juga sukses menciutkan beban provisi--dana yang dicadangkan untuk menambal kredit bermasalah. Laporan keuangan semester I 2015 menunjukkan penurunan beban provisi 18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, beban provisi selalu meningkat di tahun-tahun sebelumnya.
Turunnya beban provisi didukung turunnya rasio kredit bermasalah (non performing loan, NPL) menjadi 4,7 persen dibandingkan semester I tahun sebelumnya yang 5,01 persen. Penurunan NPL memberi ruang bagi BBTN untuk menurunkan biaya provisi, walaupun rasio dana penanggungan terhadap NPL (coverage ratio) tetap dipertahankan pada kisaran 30 persen. Walhasil turunnya beban provisi membantu peningkatan laba operasional sampai 55 persen menjadi Rp1,15 triliun.
Grafik: Penurunan NPL & Beban Provisi BTN
Sumber: Bank BTN, diolah Bareksa
BTN di bawah kepemimpinan Maryono--direktur utama yang sudah menjabat sejak 2012-- melakukan berbagai upaya untuk menurunkan rasio kredit bermasalah. Di antaranya dengan membentuk divisi consumer collection and remedial collection, serta asset manegement division pada 2014 untuk menangani kredit dan mempercepat pelelangan aset. Sejak dibentuknya dua unit tersebut, rasio NPL BBTN menurun diiringi dengan menciutnya beban provisi. (kd)