Moody's: Profil Likuiditas XL Ungguli Indosat. Apa Sebabnya?

Bareksa • 29 Jul 2015

an image
Seorang teknisi melakukan pemeriksaan Base Transceiver Station (BTS) XL di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa, (14/4). ANTARA FOTO/Teresia May

Rasio utang XL justru melampaui Indosat karena akuisisi Axis pakai pinjaman

Bareksa.com - Moody's Investors Service menilai bahwa profil likuiditas PT XL Axiata Tbk (EXCL) atau XL sudah mengungguli PT Indosat Tbk (ISAT), seiring dengan penjualan menara XL senilai Rp5,6 triliun pada Desember 2014. Namun, rasio utang XL semakin meningkat setelah mengakuisisi AXIS dengan dana pinjaman.

"Kas dan aliran kas dari operasi XL dapat menutupi biaya perseroan dalam 12 bulan ke depan, dan masih menyisakan surplus," ujar Moody's Assistant Vice President and Analyst Nidhi Dhruv dalam riset yang terbit 28 Juli 2015.
"Sebaliknya, Indosat memerlukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan kasnya selama 12 bulan mendatang karena perseroan akan mencairkan obligasi senilai US$650 juta pada Juli."

Berdasarkan laporan keuangan 2014, XL mencatat kas dan setara kas Rp6,9 triliun per akhir tahun lalu, melonjak lima kali lipat dibanding Rp1,3 triliun pada setahun sebelumnya. Adapun kas dan setara kas Indosat tercatat sebesar Rp3,48 triliun per akhir 2014, dibanding Rp2,23 triliun pada setahun sebelumnya.

Grafik Perbandingan Kas & Setara Kas XL vs. Indosat

Sumber: Bareksa.com

Secara umum, lembaga pemeringkat global itu menilai bahwa kebutuhan pelunasan kembali utang (refinancing) untuk kedua perusahaan masih dapat dikendalikan. Berdasarkan laporan Moody's, porsi utang dolar AS Indosat akan menurun bertahap dalam 12 - 18 bulan ke depan karena perusahaan berniat melakukan refinancing obligasi US$650 juta dengan surat utang berdenominasi rupiah. (Baca juga: Rupiah Makin Melemah, Indosat Atur Strategi Kurangi Utang Dolar)

XL memiliki utang cukup signifikan (Rp16 triliun) yang jatuh tempo pada 2017, yang menurut Moody's akan dilunasi dengan refinancing. Porsi cukup besar dari utang ini pinjaman US$500 juta dari induk perseroan Axiata Group Berhad untuk akuisisi Axis Telecom tahun lalu. (Baca juga: XL-Axis Merger; Apa Dampak Konsolidasi Operator Telko Bagi Provider Menara?)

Di sisi lain, porsi utang dolar XL meningkat karena perusahaan meminjam dana senilai US$865 juta untuk mendanai akuisisi Axis. Namun, XL melakukan lindung nilai untuk menyediakan mitigasi yang cukup terhadap utang dalam mata uang asing, di mana 63 persennya dalam dolar AS.

"Indosat lebih rawan terhadap volatilitas nilai tukar mata uang karena harus memperbarui terus lindung nilai jangka pendeknya dalam beberapa bulan sekali. Namun, kebutuhan lindung nilai Indosat akan berkurang setelah berhasil menukar surat utang US$650 juta dengan obligasi rupiah," tulis riset Moody's.

Menurut Moody's, kedua perusahaan mengalami penurunan kemampuan mencari utang saat rupiah terdepresiasi terhadap dolar karena biaya bunga utang dolar mereka naik, dan level utang mereka pun naik. Namun, berdasarkan analisis Moody's, kedua perusahaan masih tetap dapat memenuhi perjanjian keuangan bahkan jika rupiah terdepresiasi 20 persen.

Grafik Perbandingan Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) XL vs. Indosat

Sumber: Bareksa.com

Kemampuan Indosat menarik utang (leverage) lebih kuat dan diperkirakan akan stabil karena level EBITDA dan utangnya tetap kokoh. Namun, leverage XL -- yang secara historis lebih kuat dari Indosat -- justru melemah akibat akuisisi Axis yang dibiayai pinjaman pada tahun lalu. Moody's memperkirakan leverage XL akan membaik karena perseroan akan menggunakan mayoritas hasil penjualan menaranya pada 2014 untuk membayar sebagian utang. Tetapi, leverage XL masih akan lebih tinggi daripada Indosat hingga akhir 2015.

Dukungan dari induk usaha mendorong perbaikan peringkat untuk kedua perusahaan. Indosat dan XL mendapat kenaikan satu tingkat rating karena prediksi Moody's terhadap dukungan kuat dari masing-masing induk usaha di saat sulit. Adapun peringkat XL dari Moody's saat ini Ba1 stabil, setara dengan Indosat dengan peringkat sama.