Bakal Punya 450 Pesawat, Garuda Akan Jadi Terbesar ke-5 di Dunia?

Bareksa • 23 Jun 2015

an image
Sejumlah pesawat milik maskapai Garuda Indonesia terparkir di areal Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (19/6). ANTARA FOTO/Lucky R.

Untuk ini, Garuda membutuhkan dana $41,25 miliar atau mencapai 47 kali lipat modal Garuda saat ini

Bareksa.com –  Ekspansi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sepertinya tidak pernah berhenti. Kali ini, perusahaan penerbangan milik pemerintah tersebut menargetkan akan menambah armadanya menjadi 450 unit pada 5 tahun mendatang.

Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari jumlah armada yang dimiliki Garuda saat ini sebanyak 175 unit. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sangat mendukung rencana ambisius ini.

“Beliau (Rini Soemarno) menginginkan armada Garuda harus 450 unit dalam lima tahun dan pengembangan Garuda harus agresif tidak hanya bertumbuh secara organik, tapi non organik,” ujar Direktur Utama Garuda Arif Wibowo kepada pers di Jakarta, Senin 22 Juni 2015

Garuda saat ini merupakan perusahaan penerbangan dengan armada terbanyak di kawasan regional. Jumlah ini pun belum ditambah 65 unit pesawat yang masih dalam tahap pemesanan. Sebanyak 35 unit dipesan pada 2014 dan 30 unit di acara Paris Air Show 2015.

Dari sisi jumlah pesawat, pesaing terdekat Garuda adalah Air Asia. Maskapai milik Tony Fernandes (pengusaha asal Malaysia) memiliki jumlah pesawat Air Asia-- digabung dari lima negara operasional—sebanyak 169 unit. Jika Garuda bisa merealisasikan rencana memiliki 450 unit pesawat, maka GIAA berpotensi menjadi maskapai terbesar kelima di dunia (dari sisi armada).

Arif mengungkapkan penambahan armada tersebut bertujuan agar Garuda dapat tumbuh lebih agresif dan mampu bersaing di pasar domestik, regional, maupun internasional.

Grafik Perbandingan Jumlah Armada Garuda dan Sejumlah Perusahaan Penerbangan Regional Per Akhir Desember 2014

* pada tahun 2013

Sumber: Keterbukaan Perusahaan, diolah Bareksa

Butuh Dana $41,25 Miliar

Garuda setidaknya harus menyiapkan dana hingga $41,25 miliar  (sekitar Rp 545 triliun) dalam 5 tahun ke depan untuk memuluskan rencana agresif tersebut. Angka ini mengacu kepada total pinjaman Garuda sebelumnya senilai $4,5 miliar, yang ditandatangani dengan BOC Aviation untuk pemesanan 30 unit pesawat sebelumnya. (Baca juga: Beli Pesawat Garuda Raih $4,5 Miliar dari BOC Aviation, Kuatkah Rasio Utangnya?)

Permasalahannya, modal dasar Garuda hingga akhir Maret 2015 hanya mencapai $874,23 juta atau 2,12 persen dari total dana yang dibutuhkan. Sementara, total utang Garuda pun nilainya sudah mencapai 1,28 kali dari modal. Ini berarti, Garuda hanya bisa mendapatkan tambahan pinjaman sebesar $6,88 miliar karena Garuda memiliki perjanjian dengan salah satu kreditor agar dapat menjaga rasio utang terhadap ekuitasnya (Debt-Equity Ratio) tidak lebih dari 10,5 kali. Selain itu, Garuda juga diharuskan menjaga interest coverage ratio  di level 1 kali lipat.

Grafik Rasio Debt-Equity dan Interest Coverage

Sumber: Keterbukaan Perusahaan, diolah Bareksa

Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah rencana Garuda memiliki 450 unit pesawat layak secara ekonomi dan keuangan? Ekspansi Garuda bisa sia-sia bila dengan jumlah armada raksasa itu, maskapai pelat merah ini ternyata tidak bisa mencetak untung. Bila itu terjadi, Garuda bukan saja tidak bisa memberi value added bagi para pemegang sahamnya (pemerintah dan publik), tetapi juga berpotensi tidak bisa membayar utang-utang jumbonya kepada kreditor.