Harga Saham CPRO Betah di Harga Rp50. Apa Penyebabnya?

Bareksa • 19 Jun 2015

an image
Pedagang menata udang yang dijual di Pasar Ikan Pabean, Surabaya - (ANTARA FOTO/Suryanto).Pedagang menata udang yang dijual di Pasar Ikan Pabean, Surabaya - (ANTARA FOTO/Suryanto)

Utang obligasi dalam bentuk dolar CPRO sangat besar sebesar $325 juta

Bareksa.com- Harga saham PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO) masih tertekan dan belum bisa beranjak dari harga Rp50 per saham alias gocap.

Harga saham CPRO sejak awal 2015 memang tidak banyak berfluktuasi. Namun, saham produsen udang ini sempat mengalami tren kenaikan harga, dan pernah mencapai harga Rp123 per saham. Meski terus menurun sampai 18 Maret 2015, harga saham CPRO masih bisa bertahan pada level Rp103 per saham.

Relatif masih bertahannya harga saham CPRO karena waktu itu anak usahanya,  PT Central Pertiwi Bahari  bisa kembali mengekspor udang ke China sebanyak 23,53 ton. Namun, setelah 18 Maret 2015, harga saham CPRO terus tertekan sampai Rp 50 per saham. Harga saham gocap ini terus bertahan sampai hari ini (Jumat, 19 Juni 2015).

Aksi jual investor asing—murni investor asing-- pada saham CPRO sejak 18 Maret 2015 hingga hari ini pukul 15.20 mencatatkan net sell Rp16,7 miliar. Pada periode yang sama broker asing seperti Deutsche Securities (DB)—di dalamnya juga kemungkinan termasuk investor lokal--telah melepas 8 juta lot senilai Rp58,8 miliar. Nomura Indonesia (FG) juga mencatatkan aksi jual cukup tinggi sebesar 3,3 juta lot, dengan nilai transaksi Rp37,1 miliar.

Pergerakan Harga Saham CPRO Sejak 1 November 2014 Hingga 18 Juni 2015

sumber:bareksa.com

Tertekannya harga saham CPRO diduga sejalan dengan laporan keuangan kuartal I-2015 yang kurang memuaskan. CPRO membukukan kerugian sebesar Rp209,24 atau turun Rp5,17 per saham. Padahal penjualan CPRO pada kuartal I-2015 bertumbuh 15,23 persen  menjadi Rp2,27 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,97 triliun.

Merosotnya kinerja CPRO terutama disebabkan oleh kerugian kurs pada kuartal I-2015 sekitar Rp148,96 miliar, sedangkan pada kuartal I-2014 masih membukukan keuntungan kurs sebesar Rp150,79 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2015, kerugian kurs CPRO disebabkan perusahaan memiliki utang obligasi dalam mata uang dolar. Obligasi sebesar $325 juta akan dilunasi dengan cicilan setengah tahunan sebesar $16,25 juta mulai 30 Juni 2018 sampai 30 Juni 2020 dan sisa utang pokok sebesar $243,75 juta (ditambah bunga yang ditangguhkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku) akan dilunasi pada 31 Desember 2020

Tertekannya harga saham CPRO juga terimbas turunnya harga udang, sehingga memberi sentimen negatif terhadap investor. Sebelumnya,  Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung mengungkapkan harga udang dalam negeri menurun menjadi US$5,1/kg dibanding sebelumnya US$5,6/kg.

Pemicu turunnya harga udang itu lantaran anjloknya harga udang di pasar dunia seiring peningkatan panen udang di India. Produksi udang di India mencapai 500 ribu ton. Melimpahnya pasokan udang di India sejak Maret 2015 hingga kini  membuat jenis ikan tersebut dijual dengan harga murah di negara tersebut, bahkan  harga udang bisa turun US$0,4/ton atau US$0,8/kg. (pi)