Bareksa.com - Ekonom masih memperkirakan pelemahan rupiah, tetapi penyebabnya berasal dari hal positif yakni repatriasi. Penyebab pelemahan dari eksternal juga lebih akibat likuiditas yang bisa dengan cepat berbalik kondisinya jika indikator ekonomi menunjukan perbaikan. Untuk itu penting bagi pemerintah memberi sinyal pembangunan infrastruktur yang akan menjadi pendorong masuknya dana investor asing kembali ke Indonesia.
Memang telah menjadi siklus peningkatan permintaan terhadap dolar Amerika dari perusahaan pada setiap kuartal kedua untuk melakukan pembayaran dividen, bunga utang maupun sewa properti. Akibatnya pada periode ini, ada tambahan tekanan terhadap rupiah.
Dari data BPS yang diolah oleh analis Bareksa.com menunjukan transaksi berjalan periode kuartal kedua 2011 hanya surplus 0,13 persen dari PDB, tetapi ketika akhir tahun surplus meningkat menjadi 0,2 persen dari PDB.
Memasuki era defisit transaksi berjalan mulai 2012, terpantau setiap kuartal kedua nilai defisit membengkak dan tiga tahun terakhir rata-rata lebih dari 3,5 persen dari PDB.
Tingginya repatriasi sebetulnya hal positif karena menunjukkan tingginya investasi dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Dana investasi langsung (foreign direct investment/ FDI) pada 2014 melonjak 27 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi $15 miliar. Rata-rata pertumbuhan FDI kurun waktu empat tahun terakhir mencapai 10 persen per tahun.
Grafik Foreign Direct Investment Periode 2010 - 2014
Sumber: Bank Indonesia
FDI merupakan indikator kepercayaan investor terhadap Indonesia. Berbeda dengan investasi portofolio di pasar keuangan, FDI lebih jangka panjang dan efeknya langsung terasa ke sektor riil. Semakin besar nilai FDI, maka semakin banyak industri yang bisa menyerap tenaga kerja di Indonesia.
Yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah justru tingginya dana investor asing pada investasi portofolio, karena dengan mudah arus dana ini tiba-tiba keluar dari Indonesia jika kondisi eksternal sedang tidak kondusif.
Semakin tinggi dana investasi portofolio membuat risiko fluktuasi nilai tukar meningkat. Kepemilikan investor asing di Surat Utang Negara (SUN) yang diperdagangkan per 8 Juni 2015 mencapai 38,27 persen dari seluruh dana.
Berdasarkan pantauan Bareksa, semakin tinggi kepemilikan investor asing di SUN mendorong peningkatan fluktuasi perubahan nilai tukar rupiah. Berdasarkan grafik di bawah periode 2011 - 2012 peningkatan maupun pelemahan rupiah hanya berkisar 2 persen per bulan.
Sedangkan mulai 2013 fluktuasi perubahan meningkat menjadi 4 persen per bulan. Jadi tidak mengherankan pengaruh situasi global kali ini sangat terasa pada pergerakan rupiah.
Grafik Korelasi Kepemilikan Asing di SUN dan Perubahan Rupiah
Sumber: Bareksa.com
Pergerakan dana investor asing di pasar keuangan sendiri mengikuti arus global. Ketika Bank Sentral Amerika, The Fed mengindikasikan akan menaikkan suku bunga mendorong arus keluar dan kembali melakukan pembelian surat berharga di Amerika.
Untuk itu pemerintah perlu menahan stabilisasi dana asing di pasar keuangan dengan menciptakan kondisi politik yang kondusif serta memberikan kepastian arah infrastruktur agar menjadi ukuran jelas bagi investor memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.