Analis: Sentimen CPO Diperkirakan 10 Hingga 12 Bulan

Bareksa • 13 May 2015

an image
Pekerja mengepak minyak goreng di Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit PT SMART Tbk, Kawasan Industri Marunda, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (17/6) - (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Meski demikian, rally harga CPO hingga RM3.000 per ton diragukan

Bareksa.com -  Kenaikan harga saham-saham berbasis kelapa sawit (CPO) akibat konfirmasi fenomena El Nino oleh Badan Meteorologi Australia terus berlanjut hingga hari ini.

Berdasarkan pantauan Bareksa, sentimen El Nino mendorong kenaikan indeks perkebunan sebesar 3,67 persen. Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang naik 7 persen menjadi Rp25.850 per saham memimpin kenaikan harga saham-saham berbasis CPO.

Pergerakan Saham Intraday PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)


Sumber: Bareksa

Analis CIMB Securities Ivy NG menyatakan kabar El Nino memang telah ada sebelumnya.(Baca juga: Sentimen El-Nino Ikut Mendorong Bahana & Samuel Sekuritas Borong Saham LSIP)

Ivy menjelaskan dalam risetnya, El Nino akan menyebabkan rasio tumbuhnya bunga jantan menjadi lebih banyak. Walhasil bunga kelapa sawit akan berkurang.

Kekeringan akibat El Nino juga menyebabkan bunga kelapa sawit yang sudah berkembang akan gagal memproduksi buah. Kondisi itu pada gilirannya membuat produksi kelapa sawit akan berkurang. Menurut dia, dampak kekeringan akibat El Nino biasanya akan dirasakan 10 - 12 bulan kemudian.

Imbasnya, pengaruh El Nino mengakibatkan harga saham-saham perkebunan, khusunya CPO akan meningkat. Terlebih, pemerintah Indonesia juga berencana meningkatkan porsi CPO pada Bahan Bakar Nabati  menjadi 15 persen (B15).

Senada dengan Ivy, analis Kim Eng Securities Ong Che Ting juga tidak terkejut mengenai kabar El-nino ini, karena sempat bergulir pada pertengahan bulan lalu.

Menurut dia, kenaikan saham-saham CPO di Indonesia dan Singapura  wajar terjadi, karena beberapa waktu sebelumnya saham CPO sempat mengalami koreksi yang cukup dalam seiring memburuknya kinerja kuartal I-2015.

Ong menyarankan agar investor menunggu data-data lebih lanjut seperti penurunan rata-rata curah hujan harian di Indonesia dan Malaysia sebagai negara produsen CPO terbesar.

Jika penurunan curah hujan mulai terjadi, Ong memperkirakan kedua negara itu akan mengurangi penjualan ekspornya, khususnya ke China. Menurut dia, mereka akan lebih mengutamakan pasokan dalam negeri untuk beberapa bulan ke depan terlebih dulu. “Biasanya fenomena El-Nino menyebabkan produksi CPO menurun dan menyebabkan harga CPO internasional naik.”

Namun, Ong meragukan fenomena El-Nino bisa membuat harga CPO rally hingga RM3.000 per ton. Kenaikan harga CPO tidak akan lebih dari RM2.500 per ton, katanya.

****
Kenaikan harga saham akibat kabar El Nino juga pernah terjadi pada April tahun lalu. Ketika itu, Badan Meteorology Australia juga memprediksi El-nino akan datang pada Mei atau Juli 2014. Imbasnya, saham-saham CPO pun mengalami rally.

Namun, setelah dikonfirmasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa pengaruh El Nino di Indonesia tidak kuat, harga saham-saham CPO pun kembali turun.

"El Nino mulai dapat dirasakan saat puncak kemarau Agustus-November 2014. Kita memperkirakan El Nino dalam rentang lemah sampai moderat," kata Ketua BMKG Andi Eka Sakya dalam konferensi pers pada 13 Juni 2014. (Baca juga: El Nino diprediksi lemah-moderat: BMKG). (pi)