Indonesia Kembali Jadi Incaran Produsen Semen Asing, Kenapa SMGR Bersiap Diri?

Bareksa • 17 Apr 2015

an image
Conch Cement Berencana Ekspansi Ke Indonesia(ANTARA/Rosa Panggabean)

Tiongkok, Thailand dan Malaysia sudah berada dalam kondisi kelebihan supply, sehingga mencari target pasar baru

Bareksa.com - Industri semen Indonesia yang sudah dipenuhi pemain asing diprediksi akan lebih lagi menarik minat ditengah rencana gencarnya pembangunan infrastruktur di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini. 

Sekarang saja, hampir setengah dari produsen swasta anggota Asosiasi Semen Indonesia (ASI) sahamnya sudah dikuasai perusahaan asing.

Secara teknis, terdapat tujuh anggota ASI, yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), yang menaungi PT Semen Padang, PT Semen Gresik dan PT Semen TonasaEnam perusahaan lainnya adalah PT Holcim Tbk (SMCB), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Andalas Indonesia, PT Bosowa Maros dan PT Semen Kupang. Tiga dari tujuh produsen semen ini, sahamnya sudah dimiliki investor asing. 

Setelah mengakuisisi  pabrik Semen Cibinong, Holcim Ltd praktis memiliki pabrik dan jaringan pemasaran di Indonesia dan mengganti nama Semen Cibinong menjadi Holcim. Per akhir Maret 2015, kepemilikan perusahaan asal Swiss ini di pabrik semen di kawasan Cibinong, Jawa Barat ini telah mencapai 80,64 persen. Indocement juga 51 persen sahamnya telah dikuasai Heidelberg Cement AG., produsen semen asal Jerman. Lalu Lafarge, produsen semen asal Prancis juga sudah sejak tahun 1994 menguasai semen Andalas. Tiga investor asing ini adalah produsen semen terbesar dunia.  

Diberitakan di berbagai media bahwa Grup Wilmar -- perusahaan berbasis di Singapura yang dimiliki oleh pengusaha nasional Martua Sitorus dan Kuok Khoon Hong, keponakan konglomerat Malaysia Robert Kuok -- juga mulai mengibarkan sayap di industri semen dengan mendirikan pabrik di provinsi Banten dan menjual dengan merek Semen Merah Putih. Sementara dalam website Semen Merah Putih sendiri hanya menyebut bahwa pabrik di Banten ini berada di bawah naungan PT Cemindo Gemilang. Pabrik tersebut tepatnya berlokasi di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.

Dan pada website-website pencari kerja, Siam Cement asal Thailand juga gencar mencari tenaga kerja dibawah bendera PT Semen Jawa. Dalam deskripsinya disebutkan jika semen jawa akan berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat.

Tabel Kepemilikan Saham Perusahaan Semen


Sumber: Bareksa.com

Yang menarik baik Semen Merah Putih maupun Semen Jawa, adalah bahwa keduanya belum menjadi anggota ASI. Maria Renata, analis PT Trimegah Securities Tbk yang membawahi sektor semen mengatakan, sebetulnya yang menjadi anggota di ASI hanya mewakili kurang lebih sekitar 90 persen dari total kapasitas produksi semen nasional.

Menurut Renata, sebelumnya memang ada banyak perusahaan semen skala kecil yang sudah beroperasi dan menjual semen di Indonesia, tetapi tidak tercatat di asosiasi karena tidak punya tambang semen, sehingga bahan bakunya diperoleh dari impor.

Lalu bagi pemain baru, tidak menjadi anggota ASI berarti mereka dapat leluasa bersaing, termasuk dengan cara membanting harga produknya agar lebih mudah melakukan penetrasi merebut pangsa pasar. Ini adalah suatu langkah yang tidak diperkenankan bila mereka menjadi anggota asosiasi. 

"Sebagai pemain baru tentu memberikan diskon yang besar ke konsumen agar produknya bisa dikenal masyarakat. Jika masuk ke asosiasi dia tidak bisa melakukan hal itu," tambah Renata kepada Bareksa.com.

Di luar Wilmar dan Siam Cement, ada satu lagi produsen asal Tiongkok, yaitu Anhui Conch Cement, yang juga dikabarkan akan menginvestasikan $2,3 miliar untuk membangun pabrik berkapasitas total 3 juta ton per tahun.

***

Kenapa investor asing sangat tertarik terhadap industri semen di Indonesia?

Agung Winarto, Corporate Secretary PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), mengatakan kepada Bareksa.com bahwa bagi produsen semen sangat baik jika mendirikan pabrik yang dekat dengan sumber bahan baku dan sekaligus dekat dengan konsumen. Di Indonesia, tambang batu kapur jumlahnya banyak dan konsumsi semen masih sangat rendah, sehingga memberikan potensi pasar yang tinggi. 

Berdasar data SMGR, konsumsi semen di Indonesia hanya sekitar 229 kg per kapita, sedangkan negara tetangga seperti Malaysia, Singapore dan Vietnam sudah di atas 500 kg per kapita. Dan dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan penjualan semen di Indonesia mencapai 9,5 persen per tahun.

Grafik Konsumsi Semen Per Kapita Per 2013

Sumber: Presentasi SMGR

Sementara itu dari laporan persentasi Holcim, supply di rata-rata negara Asia melebihi demand (permintaan), seperti di Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Thailand dan Malaysia. Sehingga menyebabkan investor mulai mencari pasar lain yang lebih berpotensi seperti Indonesia.

Sumber: Holcim Ltd

Kepada Bareksa.com, Renata juga menyebutkan alasan investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi pada industri semen di Indonesia adalah karena margin yang lebih tinggi dibanding di negara lain. Berdasarkan data Bareksa.com, margin laba bersih (net profit margin) per akhir tahun 2014 tertinggi dipegang oleh Semen Baturaja yakni 27 persen. Hal ini disebabkan karena penjualan Semen Baturaja hanya berada di daerah sekitar Sumatera Selatan dan Lampung. Lalu setelah itu diikuti oleh Indocement dan Semen Indonesia masing-masing 26,4 persen dan 20,6 persen.

Sementara itu Anhui Conch asal China, Siam City asal Thailand dan Ultratech asal India masing-masing hanya memiliki net profit margin 18 persen, 16 persen dan 10,3 persen.

Grafik Margin Produsen Semen Di Kawasan Regional Per 2014

Sumber: Bareksa.com

Agung dari Semen Indonesia menjelaskan bahwa salah satu penyebab margin laba produsen semen di Indonesia lebih tinggi karena di Indonesia porsi penjualan semen kemasan (bag cement) sangat jauh lebih tinggi dibandingkan semen curah. Kontribusi semen curah hanya 21 persen dari total penjualan nasional. Semen kemasan secara bisnis di negara manapun menawarkan margin laba yang lebih tinggi.  

Infrastruktur jalan di Indonesia yang tidak memadai menyulitkan penjualan semen curah. Semen curah biasanya dijual dalam jumlah besar dan diolah melalui truk molen. "Bayangkan saja jalan-jalan sempit di jakarta, apa bisa dimasuki truk molen?," tambah Agung.

Selain itu kebanyakan di Indonesia pembangunan rumah dilakukan oleh individu sehingga tidak membutuhkan semen dalam jumlah besar. Berbeda dengan di luar negeri yang lebih banyak pembangunan rumah susun untuk tinggal yang dilakukan oleh kontraktor.

***

Datangnya pemain asing di Indonesia perlu ditanggapi serius bari produsen semen lokal, seperti Semen Indonesia. Dari pemain lama yang ada di asosiasi saja, perusahaan yang mayoritas dikuasai pihak asing memiliki total kapasitas 34,2 juta ton atau mewakili 47,8 persen total kapasitas domestik yang tercatat di ASI.

Tabel Data Kapasitas Produsen Semen Anggota ASI per 2014

Sumber: ASI, diolah Bareksa.com

Pemain baru seperti Semen Merah Putih, Siam Cement dan Anhui Conch berencana akan membangun pabrik dengan kapasitas masing-masing 3 juta ton, 1,8 juta ton dan 3 juta ton.

Pemain asing menguasai 44,7 persen dari pangsa pasar. Dan pemain baru, Semen Merah Putih yang juga dimiliki asing saat ini sudah menguasai 2,5 persen dari pangsa pasar.

Tabel Pangsa Pasar Per Kuartal Pertama 2015

Sumber: ASI, diolah Bareksa.com

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Semen Indonesia juga perlu terus meningkatkan kapasitas produksi agar pangsa pasarnya yang saat ini sekitar 45 persen tidak mengalami penurunan. Semen Indonesia berencana untuk membangun pabrik baru di Rembang, Jawa Tengah dan Indarung, Sumatera Barat masing-masing dengan kapasitas 3 juta ton. (qs)