Harga Minyak Masih $50-an per Barel, Perusahaan Migas Revisi Capex 2015

Bareksa • 10 Apr 2015

an image
Blok Mahakam - (SKK Migas)

Selain Pertamina, Medco Energy dan Total E&P Indonesie juga menurunkan belanja modal dan efisiensi biaya operasional

Bareksa.com – Realisasi produksi (lifting) minyak dalam negeri yang ditargetkan oleh pemerintah tahun ini sepertinya akan kembali meleset. Sejumlah perusahaan minyak dan gas termasuk Pertamina, Total dan Medco berencana menurunkan belanja modal dan berakibat pada turunnya produksi karena harga minyak global saat ini masih 50 persen di bawah harga tertinggi tahun lalu.

Pemerintah, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2015 mematok target lifting sebanyak 825 ribu barel per hari (bph), tidak banyak berubah dari proyeksi 818 ribu bph pada tahun sebelumnya. Di saat yang sama, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diasumsikan sebesar $60 per barel.

Pada kenyataannya, harga minyak global (WTI Crude) di Nasdaq pada penutupan perdagangan 9 April 2015 hanya tercatat $50,79 per barrel. Rendahnya harga minyak tersebut mendorong para produsen migas untuk memangkas pengeluaran sedikitnya 15 persen sehingga berakibat pada turunnya produksi minyak mereka dan akhirnya target lifting nasional pun ikut tertekan.

PT Pertamina (Persero), sebagai badan usaha milik negara yang diharapkan menyumbang 42 persen dari total produksi migas nasional, berencana untuk menurunkan belanja modal dan produksi minyaknya. Total E&P Indonesie serta PT Medco Energy Tbk (MEDC) pun mengambil langkah yang sama.

Pie Chart Target Lifting APBN-P 2015

 

Sumber: Kemenkeu, Perusahaan

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam, seperti dikutip Bisnis Indonesia mengatakan pihaknya akan menurunkan belanja modal (capex) sebesar 42 persen menjadi $3,2 miliar di tahun ini dari realisasi tahun sebelumnya. Seiring dengan penurunan capex, target produksi minyak Pertamina juga diturunkan 20 persen menjadi 298 ribu barel per hari dari sebelumnya 371 ribu per barel.

Di saat yang sama, Medco Energy menurunkan belanja modalnya dan berusaha untuk melakukan efisiensi pada biaya operasional dengan mengurangi capex 20 persen hingga 25 persen menjadi $270 juta pada tahun ini.

“Biaya overhead akan dikurangi 30 persen. Kita juga lakukan renegosiasi untuk pengurangan 25-30 persen biaya untuk kontraktor jasa maupun alat,” ungkap Investor Relation MEDC Imron Gazali kepada Bareksa.

Pemotongan capex juga dilakukan oleh Total E&P Indonesie. Head Department of Media Relations Total E&P Kristanto Hartadi mengungkapkan pihaknya melakukan revisi anggaran capex sekitar 15 persen dari rencana investasi dalam rencana kerja dan anggaran (WP&B) sebesar $2,5 miliar.  

“Meski demikian, kami tidak ada rencana menurunkan produksi dari target WP&B. Target produksi gas kami 1,59 BCF dan saat ini produksi gas kami mencapai 1,65 BCFD. Untuk target minyak dan kondensat adalah 62 ribu BOD dan produksi kami mencapai 69 ribu BOD," katanya dalam pesan singkat kepada Bareksa.com. (hm)