Indonesia Gelar Konferensi Investasi Hijau, Undang 500 CEO Multinasional

Bareksa • 01 Apr 2015

an image
Kepala BKPM Franky Sibarani (tengah) memberikan keterangan pers bersama Staf Kepresidenan Luhut B. Pandjaitan (kanan) dan Menteri Perindustrian Saleh Husin (kiri). (Sumber: BKPM)

“Tropical Landscapes Summit: A Global Investment Opportunity” akan digelar 27-28 April 2015 di Jakarta, Indonesia

Bareksa.com – Indonesia dipercaya untuk menjadi tuan rumah konferensi internasional yang bertajuk “Tropical Lanscape Summit: A Global Investment Opportunity” pada 27-28 April 2015 di Jakarta, dalam rangka menarik investasi menuju ekonomi hijau (green economy) yang menjamin masa depan yang berkelanjutan di Indonesia. Target green investment tahun ini sebesar Rp27,78 triliun.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerjasama dengan Kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID) menggelar forum akbar yang ditargetkan mampu mendatangkan sekitar 500 Chief Executive Officer (CEO) dari berbagai perusahaan nasional dan internasional. Akan hadir juga mitra strategis dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), sektor swasta, dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat.

“Kesempatan menjadi tuan rumah untuk konferensi internasional menuju ekonomi hijau ini sangat strategis bagi Indonesia untuk menjadi role model bagi pembangunan berkelanjutan,” ungkap Kepala BKPM Franky Sibarani, di depan wartawan 31 Maret 2015 di Jakarta.

Pertemuan ini akan menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri, para Menteri yang terkait pembangunan lanskap tropis  antara lain Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Sudirman Said (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral), Amran Sulaiman (Menteri Pertanian), Bambang Brodjonegoro (Menteri Keuangan) dan Saleh Husin (Menteri Perindustrian),  para  pelaku usaha dan berbagai organisasi yang selama ini terlibat dalam pembangunan berkelanjutan.  
 
Sementara itu, pembicara dari mancanegara yang akan hadir antara lain, Helen Clark dari UNDP, Felipe Calderon dan para CEO global lainnya, serta pimpinan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia.
 
Franky menjelaskan BKPM berharap investasi hijau di Indonesia akan semakin meningkat dengan target green investment tahun ini sebesar Rp27,78 triliun. Sementara itu, BKPM menargetkan investasi pada 2015 sebesar Rp519,5 triliun atau tumbuh sekitar 14 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. Investasi tersebut terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp175,8 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp343,7 triliun
 
Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Luhut Pandjaitan mengatakan acara yang rencananya akan dibuka oleh Presiden Jokowi ini dirancang untuk memberikan kesempatan untuk berbagai mitra- dari pemerintah, lintas tingkat dan sektor, dari sektor swasta di Indonesia dan luar negeri, dari mitra-mitra pembangunan, sampai organisasi non-pemerintah, lembaga penelitian dan masyarakat sipil untuk menggali dan terlibat dalam pemanfaatan peluang usaha dan investasi  untuk mendukung transisi ekonomi hijau Indonesia.

“Tiap aktor memiliki peran untuk dimainkan- misalnya, kebijakan pemerintah dapat memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan insentif yang dapat mendukung transformasi paradigma investasi, dan sektor swasta dapat memberikan kewirausahaan dan investasi yang akan membentuk perubahan ini,” tambah Luhut

Luhut menjelaskan keterbatasan anggaran Pemerintah, investasi swasta sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan dan sumber pertumbuhan ekonomi berperan penting dalam ikut menentukan suksesnya agenda ekonomi hijau tersebut. “ Sektor swasta sebagai salah satu pemangku kepentingan pembangunan dan agen perubahan, ikut menentukan kemajuan pembangunan ekonomi, lingkungan dan sosial suatu bangsa. Dengan kontribusinya yang cukup besar terhadap  PDB dunia dan besarnya lapangan kerja yang diciptakan, sektor swasta memberikan pengaruh besar pada politik perekonomian global dan nasional,” ujar Luhut.

Di saat yang sama, Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan bahwa Kementerian Perindustrian sudah mulai melakukan  Standar Industri Hijau. Namun baru akan diberlakukan secara sukarela, di mana pada tahapan ini, pemerintah akan memfasilitasi perusahaan industri untuk memenuhi Standar Industri Hijau melalui pemberian insentif non fiskal; penguatan kapasitas kelembagaan, dan fasilitasi dalam kegiatan promosi.

“Saat ini Kemenperin sudah mulai menerapkan pemberian penghargaan industri hijau kepada perusahaan yang ada di Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam mendorong industri nasional yang kompetitif dan meningkatkan kontribusi industri hijau terhadap PDB nasional,” jelasnya.

Sementara itu, mitra strategis yang terlibat dalam acara ini antara lain mewakili sektor swasta meliputi Indonesian Business Council for Sustainable Development (IBCSD), Indonesia Business Link (IBL), World Business Council on Sustainable Development (WBCSD), dan kamar-kamar dagang internasional di Indonesia termasuk Indonesia Business Council for Sustainable Development, American Chamber of Commerce (AMCHAM), dan Indonesia Australia Business Council (IABC).

Mitra-mitra strategis yang mewakili Sistem PBB meliputi Food and Agricultural Organization of the United Nations (FAO), United Nations Development Programme (UNDP), United Nations Environment Programme (UNEP), United Nations Information Centre Jakarta (UNIC), United Nations Office for Project Services (UNOPS), Secretariat of the Convention on Biological Diversity (S-CBD), UN Sustainable Development Solutions Network (SDSN), dan World Food Programme (WFP).

Sedangkan mitra-mitra strategis yang mewakili LSM dan lembaga-lembaga penelitian meliputi Center for International Forestry Research (CIFOR), Conservation International (CI), Global Canopy Programme (GCP), World Agroforestry Centre (ICRAF), dan WWF International. (hm)