BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Kenapa Sinarmas Tertarik Pada Berau Coal? Padahal Keuangan BRAU Kena Rapor Merah

17 April 2015
Tags:
Kenapa Sinarmas Tertarik Pada Berau Coal? Padahal Keuangan BRAU Kena Rapor Merah
Kapal tongkang mengangkut batubara di perairan Teluk Bayur, Padang, Sumbar (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Sinarmas bisa mensinergikan Berau dengan Golden Energy

Bareksa.com – Saham produsen batubara PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) kembali memanas setelah grup Sinarmas menyatakan minat untuk membeli saham induk dari BRAU yakni Asia Resources Minerals Plc (ARMS).

Lalu bagaimana grup Sinarmas bisa terkait?

Minat grup Sinarmas terangkum dalam keterbukaan informasi bursa efek Singapura, 15 April 2015 dimana United Fiber System Ltd (UFS) mengumumkan untuk melakukan pembelian saham Asia Coal Energy Ventures Ltd (ACE) dari ASM Administration Ltd (ASM), dengan syarat ACE berhasil memiliki saham ARMS.

Promo Terbaru di Bareksa

Sebelumnya ACE telah menyatakan minatnya untuk mengakuisisi ARMS pada harga 41 pence per lembar dan berjanji menyuntikan dana $150 juta untuk meningkatkan ekuitas ARMS. Per 15 April 2015 harga saham ARMS ditutup senilai 27 pence per lembar. (Baca juga: Bumi Plc. Memanas Lagi)

UFS saat ini sedang dalam proses akuisisi PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) melalui mekanisme tukar guling saham (transaksi swap) dengan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). DSSA akan memberikan 67 persen kepemilikannya di GEMS kepada UFS, imbalannya DSSA jadi memiliki 92,8 persen saham UFS. Sementara itu 59,9 persen saham DSSA dimiliki oleh PT Sinar Mas Tunggal.

Grafik Harga Saham ARMS Periode 1 Tahun

Illustration

Sumber: Bloomberg

***

Aksi ini kontan mendorong kenaikan harga saham BRAU, yang hingga penutupan hari ini, 16 April 2015 melonjak 13,79 persen menjadi Rp99 per saham. Padahal, harga saham BRAU pada Selasa kemarin masih bertengger di sekitar harga Rp80 per lembarnya.

Grafik Pergerakan Harga Saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

Illustration

Sumber: Bareksa.com

***

Alasan Sinarmas Masuk ARMS

Tanda tanya memenuhi benak investor, mengapa grup besar seperti Sinarmas tiba-tiba bisa tertarik dengan produsen batubara yang sempat terafiliasi dengan grup Bakrie ini.

Pasalnya ARMS -- sebelumnya bernama Bumi Plc -- hanya memiliki aset BRAU yang cadangan terbukti batubaranya hanya 500-600 juta ton. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang secara keuangan lebih sehat saja memiliki cadangan 1.200 juta ton. Begitupun juga dengan produsen batubara yang sahamnya mayoritas dimiliki negara Republik Indonesia yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga memiliki cadangan 1.990 juta ton.

Lalu dilihat dari segi keuangan juga ARMS kondisinya sedang sakit parah sejak tahun 2012. Margin bersih sepanjang sembilan bulan pertama 2014 juga negatif 7,54 persen. Walaupun kondisi harga komoditas menurun, perusahaan dengan size cadangan seperti BRAU yakni PT Harum Energy Tbk (HRUM) dan PT Resources Alam Indonesia Tbk (KKGI) masih memberikan margin bersih positif masing-masing 5,19 persen dan 7,54 persen.

Grafik Perbandingan rasio net profit margin (NPM) BRAU dengan dua perusahaan tambang lainnya

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Lanang Trihardian Head of Research Syailendra Capital menilai rencana akuisisi ARMS oleh Sinarmas Grup tidak terlepas dari murahnya harga saham ARMS saat ini. Menurutnya, dengan kondisi harga batubara dunia yang sedang rendah, ARMS tidak bisa hanya mengandalkan pendapatannya untuk membayar utang-utangnya.

“Yang jelas, kondisinya sedang berat sekali ya. Dengan utang yang besar, profitability-nya juga hilang. Company-nya juga sangat membutuhkan suntikan dana untuk operasional. Mungkin akan dijual dengan harga yang menarik ya,” ujar Lanang kepada Bareksa.

Berdasarkan data Bareksa, utang jangka pendek yang harus dibayarkan BRAU per kuartal III-2014 membengkak menjadi $494,77 juta per kuartal III-2014. Nilai ini meningkat 11,7 kali lipat dibandingkan utang jangka pendek BRAU pada akhir tahun 2013 karena Senior Notes BRAU akan jatuh tempo pada Juli 2015.

Kondisi ini yang menyebabkan rasio Interest Coverage BRAU terus mengalami penurunan sejak tahun 2011. Berdasarkan data Bareksa, nilai rasio Interest Coverage BRAU pada kuartal III-2014 menyusut menjadi hanya 1,03 kali. Padahal, nilai rasio ini pada tahun 2011 sempat mencapai 4,94 kali.

Grafik Perbandingan Laba Usaha, Beban Bunga, dan Rasio Interest Coverage BRAU

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Selain itu BRAU juga bisa bersinergi dengan GEMS yang sebelumnya sudah dimiliki oleh grup Sinarmas. Dengan akuisisi ini memberikan peluang akan adanya merger antara BRAU dan GEMS, sehingga menambah valuasi dari UFS. Dengan meningkatnya aset UFS, maka lebih mudah grup Sinarmas mencari pendanaan dalam pengembangan bisnis komoditasnya.

***

Sebetulnya bukan kali ini saja grup Sinarmas bersentuhan dengan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan grup Bakrie.

Mall Epicentrum Walk yang terletak di kawasan Kuningan, telah dibeli oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) -- induk usaha properti grup Sinarmas -- dari anak usaha PT Bakrieland Development Tbk tahun lalu.

Sementara itu ARMS sebelumnya dimiliki oleh Bakrie bersama-sama dengan Rothschild. Lalu kepemilikan Bakrie berpindah tangan ke Samin Tan. (np) (Baca juga: Pendapatan 2013 Merosot 59% + Rugi di Bumi Plc)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua