Bareksa.com - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menargetkan pertumbuhan kredit 12 hingga 15 persen pada tahun 2015. Target ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu karena perseroan lebih mengutamakan likuiditas.
Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmaja mengatakan perseroan ingin mempertahankan rasio pinjaman terhadap deposito (LDR) dalam kisaran 74 persen hingga 80 persen.
"Kredit tergantung DPK (dana pihak ketiga), kami coba mempertahankan LDR di 74 hingga 80 persen. Kredit diatur jangan terlalu tinggi," ujarnya di Jakarta 5 Maret 2015.
Dia menjelaskan bahwa selama ini BCA selalu menjaga likuiditas tinggi untuk mempersiapkan dana ketika nasabah sewaktu-waktu ingin mencairkan pinjaman. Dana ini, menurutnya, ditempatkan untuk nasabah yang sudah melakukan agreement tetapi belum menarik dahanya.
"Maka kita siapkan second reserve," ujarnya.
Kredit BBCA, menurut Jahja tumbuh 11 persen menjadi Rp345,6 triliun pada akhir 2014 dibanding akhir 2013. Kenaikan ini ditopang kenaikan kredit investasi kepada korporasi, komersial dan UKM.
Sejauh ini, mayoritas kredit yang disalurkan oleh BCA adalah kredit korporasi dengan total outstanding Rp120,48 triliun per Desember 2014. Angka ini tumbuh 16,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara kredit komersial dan UKM mencapai Rp134,2 triliun, naik 9,7 persen dari akhir 2013. Kredit konsumen mencapai Rp92,3 triliun, naik 6,1 persen.
Meskipun saat ini BCA berfokus pada kredit korporasi, Jahja mengatakan tidak tertutup kemungkinan untuk terus meningkatkan kredit UKM. Namun, pihaknya akan menerapkan asas kehati-hatian.
"Kita lebih hati-hati untuk salurkan kredit UKM, caranya dengan jaminan kuat."
Menurutnya, prinsip kehati-hatian diperlukan untuk menjaga kualitas kredit yang terlihat dari rasio non performing loan (NPL). Pada 2014, NPL perseroan mencapai 2,2 persen, meningkat dibandingkan 1,8 persen pada akhir 2013. (al)