Komisaris Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Mahendra Siregar memaparkan dalam round table discussion yang diselenggarakan SMGR dan Bareksa.com Selasa malam bahwa kondisi keseimbangan antara produksi dan permintaan semen terjadi pada tahun 2014, padahal tahun-tahun sebelumnya di Indonesia terjadi kelebihan permintaan (excess demand market) dimana produksi riil semen berada di bawah permintaan.
Kondisi excess demand tersebut membuka kesempatan untuk impor semen dan melakukan penyesuaian harga. Pada periode tersebut tingkat kompetisi antar produsen semen masih rendah karena banyaknya permintaan akan semen.
Grafik: Pertumbuhan Produksi dan Permintaan Semen di Indonesia
Sumber: Materi Presentasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Dalam grafik diatas dapat diperhatikan bahwa kapasitas terpasang dari produsen semen di Indonesia selalu berada di atas permintaan dan akan terus meningkat, terutama pada kondisi kelebihan pasokan (excess supply) yang akan terjadi pada periode 2015-2019.
Gambar: Peta Kapasitas Terpasang Produsen Semen di Indonesia
Sumber: Materi Presentasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
Kondisi excess supply akan mereda setelah lima tahun ke depan setelah beberapa produsen semen melakukan konstruksi dan menambah produksinya dengan membangun pabrik baru dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Tahun ini saja beberapa pabrik semen baru akan beroperasi, diantaranya pabrik semen terintegrasi milik PAN ASIA, Siam Cement, dan Merah Putih di Pulau Jawa serta pabrik semen milik Anhui Conch di Kalimantan.
"Periode 2015-2020 adalah periode survival -- yang tidak kuat bersaing tidak akan survive. Semen Indonesia tidak hanya akan survive. Manjemen sudah memberikan komitmen bahwa mereka paling tidak akan mempertahankan pangsa pasar," ujar Mahendra. (qs)