Laba Adira Finance Anjlok 53,6% Akibat Lonjakan Provisi Pembiayan Konsumen

Bareksa • 30 Jan 2015

an image
Karyawan Adira Finance sedang menawarkan beberapa opsi pembiayaan kepada nasabahnya - (Company)

Beban penyisihan kerugian sewa pembiayaan melonjak hingga 212 persen menjadi Rp75,5 miliar

Bareksa.com - Laba bersih perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) tahun 2014 merosot 53,6 persen akibat meningkatnya beban bunga dan beban penyisihan kerugian (provisi) dari pembiayaan konsumen.

Anak usaha PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) ini sepanjang tahun 2014 hanya menghasilkan laba bersih Rp792,16 miliar atau Rp792 per saham, jauh menurun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,7 triliun atau Rp1.707 per saham. Hal tersebut membuat net profit margin (NPM) merosot menjadi 9,6 persen dari 21,2 persen.

Beban bunga dan keuangan meningkat 35 persen menjadi Rp2,26 triliun, imbas kebijakan pengetatan moneter yang dilakukan Bank Indonesia.

Beban provisi atas pembiayaan konsumen melonjak hingga 38 persen menjadi Rp1,7 triliun. Begitupun dengan beban provisi dari sewa pembiayaan yang naik tiga kali lipat, walaupun nilainya hanya Rp75 miliar.

Hal ini menunjukan kualitas aset pembiayaan yang dilakukan Adira menurun dan terjadi peningkatan nasabah yang masuk kategori "macet" sehingga menyebabkan tergerusnya laba Adira.

Padahal pendapatan Adira pun hanya naik tipis. Pendapatan pembiayaan konsumen memang naik 13,7 persen menjadi Rp5,74 triliun tetapi pendapatan lain-lain ambrol 22,1 persen menjadi Rp2,2 triliun. Sehingga total pendapatan hanya naik 2,32 persen menjadi Rp8,25 triliun

Dari sisi neraca, terdapat penurunan pada total aset yang dimiliki Adira per akhir Desember 2014 menjadi Rp29,93 triliun dari Rp30,99 triliun karena penurunan pada kas dan setara kas pihak ketiga dan juga aset derivatif. Hal tersebut membuat return on asset (ROA) turun menjadi 2,64 persen dari 5,5 persen pada tahun sebelumnya.

Sementara utang pihak ketiga Adira mengalami kenaikan 27,1 persen menjadi Rp11,21 triliun dibandingkan periode sama sebelumnya Rp8,82 triliun. (np)