Bareksa.com - Presiden Joko Widodo mengungkapkan pemerintah akan segera menurunkan kembali harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hingga kisaran Rp6.400-6.500 per liternya dan akan mendorong pedagang untuk menurunkan harga sehingga inflasi tahun 2015 bisa ditekan dibawah lima persen.
Jokowi mengungkapkan penurunan harga BBM terjadi karena harga minyak dunia terus turun.
"Harga BBM sebentar lagi akan turun lagi. Kurang lebih hitungan kita, tetapi masih belum bisa kita putuskan, bisa menjadi antara Rp6.400-Rp6.500 per liter," katanya dalam acara outlook Indonesia 2015 di Hotel Borodubur, Jakarta, Kamis 15 Januari 2014.
Jokowi juga mengatakan dirinya akan mengejar pedagang sembako dan juga grosir besar agar harga mereka ikut turun. Ia mewanti-wanti kepada pedagang yang suka menyimpan stok barang.
Dengan laju inflasi yang stabil, Jokowi meyakini kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik karena pemerintah mempunyai ruang fiskal yang cukup setelah subsidi BBM dipangkas. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2015 akan mencapai 5,6 persen sampai 5,8 persen.
Pertumbuhan lima tahun kedepan akan digenjot melalui pembangunan infrastruktur. Tahun ini saja pemerintah menganggarkan Rp290 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan jalan tol trans Sumatra menjadi permulaan langkah pemerintah dan akan dilanjutkan di Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Total keseluruhan dana menurutnya akan diambil dari pengalihan dana subsidi BBM.
"Semua sudah saya perintahkan untuk mulai, namun memang yang paling cepat adalah tol trans Sumatra," katanya.
Infrastuktur yang akan ditekankan adalah jalan tol, jalur kereta api, bandara, pelabuhan, irigasi dasar dan juga pembangunan waduk.
"Sebenarnya anggaran pembangunannya kecil namun selama ini anggarannya dihabiskan pada subsidi BBM," katanya.
Minggu lalu, Pandu Sjahrir, Direktur PT Toba Bara Sejatera Tbk (TOBA) kepada Bareksa.com juga mengungkapkan bahwa saat ini adalah masa pemerintah melakukan investasi karena hasil dari infrastruktur tidak bisa dirasakan dengan cepat. Pertumbuhan ekonomi baru bisa dirasakan dalam 3 sampai 5 tahun kedepan.
"Tahun 2015 dan 2016 adalah investing years untuk Indonesia yang hasilnya akan mulai terasa di 2017. Kalau berjalan dengan baik, pertumbuhan ekonomi 2017 bisa sampai 7 persen," ujar Pandu. (np)