EKSKLUSIF: Dhiva, Jero Wacik, dan Kredit Macet Rp650 Miliar di BII-Maybank

Bareksa • 09 Jan 2015

an image
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik (ketiga kanan) bersama Gubernur Provinsi Kepri Muhammad Sani (kiri), Presdir PT. Dhiva Sarana Metal (DSM) Richard Setiawan (kedua kanan) dan Komisaris DSM Aina Kwee (kanan) menekan tombol peresmian beroperasinya pabrik penguliran terintegrasi PT. DSM di Batam (1/3/2013) (Antara Foto/Joko Sulistyo)

Pabrik pipa ulir PT Dhiva di Batam diresmikan langsung oleh Menteri ESDM Jero Wacik.

Bareksa.com - Sebagaimana telah diberitakan media ini, belum lama ini PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) menggugat pailit sebuah perusahaan bernama PT Dhiva Inter Sarana (DIS). Pangkal soalnya, BII-Maybank ternyata mengucurkan kredit pada Dhiva yang kini macet dan nilainya per 5 Juni 2014 mencapai Rp649,29 miliar -- dengan asumsi nilai tukar Rp12.000 per dolar AS. Selengkapnya baca: Kredit Rp650 M Macet, BII-Maybank Gugat Pailit PT Dhiva.

Lantas, siapa sebetulnya Dhiva ini?

Menurut dokumen audit yang dipelajari Bareksa, PT Dhiva bergerak di bidang perdagangan pipa untuk sektor minyak dan gas. Pemiliknya adalah Richard Setiawan yang juga menjabat sebagai presiden direktur di perusahaan ini.

Nyaris semua konsumen Dhiva adalah perusahaan produsen migas, seperti PT Pertamina (Persero), Chevron Pacific Indonesia, VICO, PetroChina dan Odira Energy Karang Agung. Kedekatan Dhiva dengan perusahaan-perusahaan migas tercermin di Laporan Tahunan Indonesian Geothermal Golf Community (IGGC) periode 2012-2013. Tertera, Dhiva pernah menjadi sponsor Turnamen Golf IGGC (I-IV) 2012 bersama PT Pertamina Geothermal Energy, PT Supreme Energy dan OTP Geothermal.

Mayoritas produk yang dijual Dhiva diimpor dari China. Pemasok mereka dari Negeri Tirai Bambu di antaranya adalah Henyang Steel Tube, Sino Steel, Tianjin Anshengda, Federal Hardware Engineering, Soconord, dan Heibei Yaosheng.

Baru di awal 2013, Dhiva mendirikan pabrik pipa ulir sendiri di Batam, Kepulauan Riau. Pengelolanya adalah afiliasi PT DIS, yakni PT Dhiva Sarana Metal.

Yang menarik, pada tanggal 1 Maret 2013 pabrik Dhiva diresmikan langsung oleh Jero Wacik yang saat itu menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan Gubernur Kepulauan Riau Muhammad Sani (lihat foto).

Lebih menarik lagi, acara itu sampai dipromosikan ke media massa melalui siaran pers resmi Kementerian ESDM dengan No. 11/HUMAS KESDM/2013 dan diteken oleh Plh. Kepala Biro Hukum dan Humas Agus Salim.

“Peresmian pabrik ulir terintegrasi dalam negeri PT. Dhiva Sarana Metal diharapkan dapat menjadi wahana untuk membangun komitmen dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri minyak dan gas bumi (migas) nasional yang didasarkan pada pemaksimalan pemanfaatan sumber daya nasional. Kemandirian industri nasional ini menjadi isu strategis baik dari segi sumber daya manusia maupun kandungan lokal, karena mampu menghasilkan peningkatan efek berantai terutama dari sisi produksi dan kompetensi dalam negeri,” demikian bunyi rilis pers Kementerian ESDM itu.

Diterangkan juga di situ, PT. Dhiva Sarana Metal telah menanamkan investasi sebesar 22,5 juta USD dalam bidang penguliran casing dan tubing sejak Juli 2012. Kapasitas produksinya mencapai 150 ribu ton per tahun.

"Kebutuhan pipa casing dan tubing pada kegiatan usaha hulu migas pada tahun 2013 sebesar 322 ribu ton dan pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 254 ribu ton/tahun seiring dengan kebutuhan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam kegiatan ekplorasi dan eksploitasi migas,” masih kata press release itu.

Sebelum itu, situs resmi Kementerian ESDM juga memuat artikel menarik lainnya pada 27 September 2010. Isinya menyangkut acara "Indonesia’s Oil and Gas Seminar and Exhibition" yang diadakan di Shanghai, China pada 20 September tahun itu. Dihadiri Menteri ESDM saat itu, Darwin Zahedy Saleh, dan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo, pameran ini juga diisi sejumlah seremoni penandatanganan kerja sama antara Pertamina, Elnusa, North Cargo, Wenzhou, dan -- ini dia -- PT Dhiva.

Disaksikan Menteri Darwin, saat itu diteken perjanjian pendirian usaha patungan antara PT Dhiva dengan Henyang Hongling Petroleum Pipe Co. Ltd di bidang penguliran serta perjanjian penunjukan agen tunggal antara PT Dhiva Inter Sarana dengan Hengyang Steel Tube Group Tunggal International Trading Inc.

Lantas bagaimana dengan kinerja keuangan Dhiva?

Menurut dokumen yang dipelajari Bareksa, per Juni 2014 modal PT DIS hanya Rp12 miliar sementara utang bank mencapai Rp956 miliar. Artinya, utang bank mencapai 80 kali modal.

Dari sisi aset, nilai aset tetap juga cuma Rp45 miliar. Sebanyak Rp1,2 triliun dinyatakan merupakan aset lancar, di mana setengahnya dicatat sebagai 'aset lancar lain-lain' dan tidak dijelaskan secara terperinci.

Manajemen PT Dhiva belum dapat diminta keterangan. Wartawan Bareksa pada tanggal 23 Desember 2014 telah mendatangi kantor PT DIS di lantai 46 Equity Tower, di kawasan Sudirman Central Business District, Jakarta. Di lantai tersebut, berkantor PT Dhiva Inter Sarana dan PT Dhiva Sarana Metal.

Begitu masuk, kedatangan wartawan Bareksa disambut oleh dua petugas satpam sebelum kemudian dipertemukan dengan dua karyawan perusahaan. Satu dari tim audit dan lainnya sekretaris direksi. Mereka mengatakan semua direktur sedang libur panjang, merayakan Natal dan tahun baru. Lebih dari itu, mereka enggan berkomentar dan menolak surat permohonan wawancara dari Bareksa.

"Kami tidak mau terima suratnya, karena kalau kami simpan berarti kami menerimanya. Kami tidak menerimanya dan juga tidak berkomentar," kata karyawan dari tim audit, yang mengaku bernama Ronald.

Bareksa telah menelepon dan mengirim SMS kepada pemilik Dhiva, Richard Setiawan. Namun, dia hanya menjawab singkat. "Nggak tahu saya," katanya, pada Rabu, 7 Januari 2015. Dan dia langsung menutup telepon.

(Laporan: S.A. Wahyu, Hanum Kusuma Dewi, Alfin Toffler | Editor: Karaniya Dharmasaputra)