2 Perusahaan Asing Ini Proyeksi Sektor Perbankan Positif 2015; Apa Alasannya?

Bareksa • 06 Jan 2015

an image
Seorang pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Badung, Denpasar - (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana).Seorang pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Badung, Denpasar - (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)

Perekonomian yang membaik diperkirakan akan berimbas positif bagi penyaluran kredit perbankan

Bareksa.com – Meski telah mengalami kenaikan 35,41 persen sepanjang tahun lalu, Deutsche Bank menilai sektor perbankan masih murah (overweight) dan berpotensi kembali mengalami kenaikan harga saham tahun ini didorong stabilnya makro ekonomi dan perolehan pemulihan (recovery) aset.

Dalam laporan riset Deutsche Bank yang telah disampaikan kepada nasabah memproyeksi defisit transaksi berjalan akan mengecil seiring dengan kebijakan pemerintah dalam penetapan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). (baca juga: SLIDE: Penjelasan Kementerian ESDM tentang Harga BBM 1 Januari 2015)

Selain itu inflasi juga diprediksi stabil pada level 4 +/- 1 persen sehingga membuat tingkat suku bunga perbankan menjadi lebih stabil. Tetapi Deutsche Bank memprediksi rasio Net Interest Margin (NIM) mayoritas bank besar masih flat.

Sehingga laba bersih tahun depan akan ditopang dari pemulihan (recovery) aset di semester kedua 2015 seiring dengan membaiknya kualitas aset dan lelang aset yang telah dilakukan write off.

Grafik Pergerakan Indek Sektor Finansial Periode 2014

Sumber: Bareksa.com

Selain Deutsche Bank, JP Morgan dalam laporan yang telah disampaikan kepada nasabah juga menyebutkan pertumbuhan laba sektor perbankan dalam lima tahun kedepan akan mengandalkan pendapatan selain bunga seperti pendapatan yang diperoleh dari komisi -- fee based income -- dari layanan asuransi, wealth management, kartu kredit, pasar modal, pembiayaan dan investment banking.

Kontribusi pendapatan selain bunga terhadap total pendapatan di Indonesia juga masih relatif kecil yakni 25 persen dibanding rata-rata negara ASEAN yang mencapai 32 persen.

Sementara untuk pertumbuhan kredit akan kembali meningkat karena rasio loan to deposit (LDR) telah mengalami penurunan yang menunjukan likuiditas bertambah. Namun jika tahun ini pertumbuhan kredit akan kembali melebihi pertumbuhan deposit (dana pihak ketiga/DPK) akan menimbulkan babak baru lambatnya pertumbuhan kredit.

Dengan cepat LDR akan kembali tinggi, sehingga dalam lima tahun kedepan peningkatan NIM bukan berasal dari pertumbuhan kredit namun lebih disebabkan pada perubahan komposisi portofolio kredit. Bank akan meningkatkan porsi kredit yang lebih tinggi bunga kreditnya (yield). JP Morgan menyebut strategi ini sebagai "asset spread".

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) jadi rekomendasi JP Morgan dalam pemilihan saham di sektor perbankan pada awal tahun ini.

Sementara Deutsche Bank memproyeksi pertumbuhan kredit tahun ini mencapai 12,5 persen. LDR berada pada level 84,9 persen atau lebih rendah dari semester I-2014 yang tercatat 147,5 berdasar pada perhitungan lembaga asing tersebut. (np)