Bareksa.com - Borosnya cadangan devisa yang digunakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah disebabkan volume perdagangan pasar spot valuta asing (valas) harian di Indonesia masih sangat kecil.
Nanang Hendarsyah, Direktur Task Force Bank Indonesia kepada Bareksa.com mengatakan volume perdagangan valas di pasar spot hanya sebesar $5 miliar per hari, jauh lebih kecil dari transaksi harian Thailand dan Malaysia.
"Transaksi harian valas di Indonesia sangat perlu ditingkatkan untuk membantu mengurangi volatilitas," tambah Nanang.
Bank Indonesia saat ini melakukan pendalaman pasar keuangan (financial deepening) untuk mengurangi fluktuasi nilai tukar rupiah. BI sudah merelaksasi beberapa ketentuan devisa termasuk transaksi netting valas dan sedang mengkaji beberapa ketentuan terkait cross currency swap.
Nanang menambahkan relaksasi ketentuan tersebut tetap berlandaskan pada kehati-hatian dimana seluruh transaksi valas untuk limit tertentu harus berasas economic underlying.
"Indonesia perlu mengejar ketertinggalan dari Malaysia dan Thailand yang volume transaksi harian valasnya sudah diatas $10 miliar, dengan komposisi transaksi swapnya sekurang-kurangnya 50 persen," papar Nanang.
Senin, 15 Desember 2014 lalu nilai tukar rupiah ditutup Rp12.700 per dolar, melemah 3,4 persen hanya dalam tiga hari perdagangan valas. Nilai tukar tersebut juga melebihi titik terendah pada 20 November 2008 yaitu Rp12.600.
Pelemahan rupiah terjadi akibat kekhawatiran The Fed akan kembali meningkatkan suku bunga. Selain itu juga berbarengan dengan tingginya permintaan dolar dari korporasi untuk membayar kewajiban akhir tahun.
Setelah BI melakukan intervensi dalam dua hari terakhir rupiah menguat. Hingga jam 16.00 WIB, rupiah diperdagangkan pada harga Rp12.500 per dolar menguat 0,49 persen dibandingkan penutupan kemarin.
Grafik. Posisi cadangan devisa Bank Indonesia
Sumber: Bareksa.com
Akhir November 2014, cadangan devisa Indonesia turun $829 juta menjadi $111,14 miliar berdasar pada data Bareksa. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan kepada media, Jum'at 5 Desember 2014 bahwa penurunan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri dan pengendalian moneter.
Rupiah melemah 0,5 persen pada bulan November 2014 dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi Rp12.188 per dolar. (np)