Pengusaha Ritel: Pengurangan Jam Kerja Akan Rugikan Perempuan

Bareksa • 19 Dec 2014

an image
A woman pulls a cart at a supermarket in Hanoi September 20, 2014. (REUTERS/Kham)

Peritel akan semakin enggan menerima karyawati yang punya anak

Bareksa.com -  Kebijakan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait keringanan jam kerja untuk para karyawati yang punya anak dinilai merugikan pihak perempuan, apalagi mereka yang bekerja di industri ritel. 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengungkapkan para peritel akan semakin enggan menerima mereka yang punya anak untuk bekerja jika kebijakan itu diterapkan.

"Semuanya akan melakukan itu karena produktivitas akan berkurang," katanya kepada Bareksa.com, Jumat 19 Desember 2014.

Tutum menjelaskan bahwa di bidang ritel ada dua pekerjaan dengan karakter berbeda yakni back office dan front office. Untuk back office, kebijakan tersebut masih bisa diterapkan.

Karyawati yang bertugas di back office dapat memiliki jam kerja lebih sedikit dengan cara mengerjakan tugas lebih cepat sehingga produktivitas tidak dikorbankan oleh kebijakan ini. 

Namun, dia mengatakan hal ini tidak bisa diterapkan di front office karena para pekerja yang bekerja di front office tidak bisa mempercepat pekerjaannya dan harus menyesuaikan dengan waktu toko buka. Menurutnya, hal ini tidak bisa disiasati walaupun dalam satu hari sudah ada dua shift pekerjaan.

"Menurut saya ini hanya untuk menyenangkan masyarakat saja, lebih baik pemerintah memikirkan bagaimana caranya agar produktivitas pekerja Indonesia bisa lebih tinggi dibandingkan dengan mengurangi jam kerja," katanya. (hm)