Bareksa.com – Bank Indonesia (BI) kembali melakukan intervensi setelah kemarin melakukan intervensi terhadap rupiah. Intervensi kali ini dilakukan terhadap pasar obligasi pemerintah.
Adanya campur tangan pemerintah tercermin dari besarnya dana transaksi hari ini. Salah satu trader obligasi yang dihubungi Bareksa.com mengungkapkan transaksi saat ini lebih besar dibandingkan minggu kemarin.
“Transaksi hari ini ramai, sekitar Rp1,6-1,7 triliun. Padahal, rata-rata harian sepekan kemarin di kisaran Rp350 miliar,” katanya.
Imbasnya, harga obligasi benchmark yang diterbitkan pemerintah pun mengalami kenaikan yang tercermin dari menurunnya yield obligasi.
Berdasarkan data laporan transaksi perdagangan over trade counter (OTC) BEI pukul 3.37 WIB, obligasi bertenor 5 tahun (seri FR0069) mengalami penurunan yield terbesar mencapai 30.81 basis poin menjadi 7.875 persen. Sementara, obligasi bertenor 20 tahun (seri FR0068) dengan total transaksi sebesar Rp1,65 triliun tercatat sebagai seri yang paling ramai diperdagangkan.
Berdasarkan data Bareksa.com, imbal hasil obligasi pemerintah--khususnya yang jatuh tempo 10 tahun-- sempat naik menjadi 8,52 persen pada tanggal 16 Desember 2014 setelah sebelumnya relatif stabil di level 7,7 persen. Kenaikan yield obligasi tersebut seiring dengan pelemahan Rupiah terhadap dolar AS.(al)
Grafik Pergerakan Yield Obligasi 10 Tahun Pemerintah
Sumber: Bareksa.com