BeritaArrow iconBerita Ekonomi TerkiniArrow iconArtikel

Agar Lebih Menarik, BI Pertahankan Suku Bunga Tinggi Tahun Depan

Bareksa18 Desember 2014
Tags:
Agar Lebih Menarik, BI Pertahankan Suku Bunga Tinggi Tahun Depan
Warga mengambil uang baru saat menukarkan uang di mobil kas keliling Bank Indonesia di Jalan Raya Panglima Sudirman, Kota Kediri, Jawa Timur, Minggu (20/7) - (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)

Rupiah lebih baik dari Ringgit Malaysia, Real Brazil, dan Rand Afsel

Bareksa.com - Berbagai kekhawatiran muncul setelah nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar. Deputi gubernur senior BI, Mirza Adityaswara, Rabu, 17 Desember 2014 menegaskan pelemahan rupiah masih lebih baik daripada beberapa negara berkembang lain.

"Bukan rupiah yang mengalami pelemahan, tapi dolar yang menguat terhadap mata uang dunia," tegasnya.

Berdasarkan data yang didapat Bareksa.com, penurunan nilai tukar rupiah memang masih lebih baik daripada beberapa negara berkembang. Secara year-to-date, pelemahan rupiah hanya sedikit lebih tinggi dari rupee India, bahkan masih jauh lebih baik daripada Afrika Selatan, Brazil, dan Malaysia.

Promo Terbaru di Bareksa

Menguatnya dolar terhadap mayoritas mata uang dunia terjadi setelah perbaikan ekonomi paman Sam. Terlebih, rencana peningkatan Fed Fund Rate yang diperkirakan terlaksana setelah pertengahan 2014 memunculkan kekhawatiran terjadinya capital outflow dari negara berkembang.

Grafik Presentase Pelemahan Mata Uang Terhadap Dolar

Illustration

sumber:bareksa.com

Atas kekhawatiran tersebut, BI diminta lebih komunikatif untuk menenangkan dan menjaga presepsi masyarakat. Untuk itu BI mengimbau pasar untuk tetap tenang karena sudah mempersiapkan langkah dan menetapkan beberapa target untuk menjaga kekuatan fundamental ekonomi Indonesia. (baca juga: BI Tidak Perlu "Over Action" Naikkan BI Rate: Juniman Ekonom BII)

Pengendalian Inflasi dan Menjaga Devisit

Akhir tahun ini, BI sudah memperkirakan tekanan inflasi akan semakin tinggi hingga lebih dari delapan persen secara year-on-year (YoY). Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada November lalu.

Namun Mirza menyatakan, naiknya harga BBM merupakan obat yang tepat bagi Indonesia untuk menghadapi tantangan di 2015. Peningkatan harga BBM selain menurunkan beban subsidi, juga akan mengurangi impor sehingga dapat mengurangi defisit transaksi berjalan.

Terkait dengan transaksi berjalan, BI memang tidak berharap Indonesia bisa surplus di tahun depan. Hal tersebut disebabkan rencana pembangunan infrastruktur pemerintah masih membutuhkan banyak impor dan pendanan dari luar negeri. Sehingga CAD yang sustainable di kisaran 2,3 sampai 3 persen dari PDB sudah dianggap baik.

Rencana peningkatan tarif listrik dan LPG juga menjadi perhatian BI di 2015 karena berpotensi meningkatkan inflasi. Sebagai antisipasi, suku bunga tinggi diperkirakan masih akan dipertahankan oleh bank sentral.

Pengelolaan Utang dan Transaksi Domestik

Selain untuk menjaga inflasi, suku bunga di 2015 masih dijaga untuk mengakomodasi kebutuhan pemerintah yang membutuhkan pendanaan asing. Suku bunga tinggi akan lebih menarik bagi investor sehingga capital inflow diharapkan bertambah untuk membantu APBN dalam mendanai pembangunan infrastruktur.

BI juga menginginkan utang luar negeri korporasi lebih prudent. Dalam hal ini bank sentral sudah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Utang Luar Negeri yang menekankan prinsip kehati-hatian kepada perusahaan non bank untuk mengelola utang luar negeri.

Kemudian BI juga berharap semua transaksi yang dilakukan di dalam negeri menggunakan mata uang rupiah. Dengan demikian kebutuhan dolar di dalam negeri akan berkurang.(al)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.385,6

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,56

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.085,51

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.854,58

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.288,82

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua