Bareksa.com - Sejumlah ekonom berpendapat bahwa turunnya harga minyak akan berimbas positif pada ekonomi Indonesia karena defisit APBN dapat berkurang.
Rangga Cipta, ekonom Samuel Sekuritas kepada Bareksa.com berpendapat setiap harga minyak turun $1 per barel dari asumsi dalam APBN maka akan menghemat kira-kira Rp2 triliun subsidi BBM dengan syarat tidak ada pergerakan pada kurs mata uang rupiah.
Kemarin, dalam waktu semalam, harga minyak mentah jenis brent anjlok 5,17 persen ke $72.58 per barel setelah OPEC mengatakan tidak akan memotong produksi minyak seperti diberitakan Reuters (baca juga: Oil Prices Dive after OPEC Decides Against Output Cut). Jika diakumulasi maka sejak Juni 2014 hingga kemarin, harga minyak mentah telah merosot sekitar 30 persen.
Dalam asumsi APBN-P 2014, harga minyak ditetapkan sebesar $105 per barel dan kurs rupiah sebesar Rp11.600 per dolar Amerika. Artinya dengan penurunan harga minyak hingga kemarin terdapat penghematan sebesar Rp64,8 triliun akibat turunnya harga minyak sebanyak $32,4 per barel dengan asumsi kurs tersebut.
Grafik. Pergerakan harga minyak mentah
Sumber: www.oil.org, diolah Bareksa.com
Dian Ayu Yustina, Ekonom PT Bank Danamon kepada Bareksa.com mengatakan bahwa turunnya harga minyak dunia dapat memperkecil defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), tetapi harus dilihat juga bagaimana pergerakan nilai tukarnya.
"Jika harga minyak turun tapi rupiah melemah, maka hal itu akan nett off terhadap APBN. Tapi kalau harga minyak turun dan rupiah juga stabil mungkin bisa menghemat APBN," katanya.
Dian menilai efek dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar 30,7 persen untuk jenis premium oleh Pemerintah Joko Widodo itu yang lebih besar impaknya pada penghematan APBN. Pasalnya, penghematannya bisa berkisar Rp50-100 triliun.
Jika harga minyak tetap terus mengalami penurunan didukung dengan penguatan nilai tukar rupiah maka nilai penghematannya dapat lebih besar.
Grafik. Pergerakan nilai tukar rupiah
Sumber: Bareksa.com
Sejak akhir Juli 2014, nilai tukar rupiah terdepresiasi 5,86 persen hingga Rp12.180 per dolar Amerika kemarin. Tetapi jika dibandingkan dengan asumsi kurs di APBN-P maka rupiah hanya terdepresiasi sebesar 5 persen.
Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Asset Management pernah mengatakan kepada Bareksa.com bahwa setiap pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp100 per dolar Amerika maka dapat menambah defisit sebanyak Rp3 triliun. Jadi dengan pelemahan tersebut dapat menambah defisit APBN hanya sekitar Rp18 triliun.
Tetapi kita perlu melihat harga rata-rata minyak dalam satu tahun terakhir ini. Berdasar data yang diolah Bareksa.com, ternyata harga rata-rata minyak mentah pada tahun ini masih tinggi yakni sebesar $97 per barel.
Dalam perhitungan Rangga, penghematan dari penurunan harga minyak di tahun ini hanya sekitar Rp16 triliun.
Grafik. Rata-rata pergerakan harga minyak mentah
Sumber : oilprice.org, diolah Bareksa.com
Selain itu juga beratnya subsidi BBM tidak hanya karena kenaikan harga minyak mentah dunia, tetapi juga konsumsi yang terus meningkat. Jika dilihat dari tabel di bawah ini terlihat bahwa kenaikan subsidi BBM setiap tahun lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga minyak mentah.
Grafik Anggaran Subsidi BBM dalam APBN (Triliun Rupiah)
Sumber : Kementerian Keuangan, diolah Bareksa.com
Dampak dari turunnya harga minyak mentah dunia serta kenaikan harga BBM bersubsidi baru dapat dirasakan pada APBN tahun depan.
"Anggaran subsidi mungkin bisa menghemat hingga Rp120 triliun, tergantung dari penurunan harga minyak dan juga kurs rupiah tahun depan. Sepertinya rupiah diperkirakan masih melemah tahun depan, jadi kemungkinan akan nett off," tambah Dian. (al)