Bareksa.com - Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium sebesar Rp2.000 menjadi Rp8.500 per liter disambut positif oleh pelaku pasar, tercermin dari naiknya indeks EIDO-- kumpulan saham Indonesia yang diperdagangkan di bursa Amerika-- 0,62 persen ke level 27,38. Selain itu, nilai tukar rupiah juga terapresiasi. Rupiah dibuka menguat sebesar 62,5 poin atau 0,51 persen menjadi Rp12.143 per dolar AS.
Sebelumnya, Chief Economist BII Juniman menilai Rupiah dan pasar keuangan akan tertekan dalam periode 1-2 bulan ke depan terimbas dari kenaikan harga BBM. Tetapi, Juniman menekankan bahwa investor akan kembali masuk kembali setelah kondisi mulai stabil pada tiga bulan setelah harga BBM dinaikan.
Hal senada disampaikan ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra. Aldian mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi akan memantik sentimen positif dan menguatkan rupiah.
"Saat ini market melihat kenaikan harga BBM sebagai hal yang positif karena sudah terencana dan merupakan proses dari reformasi struktural," kata Aldian kepada Bareksa.com.
Selain itu, angka inflasi pada tahun ini juga lebih rendah dari tahun lalu. Jika harga BBM bersubsidi dinaikkan sekitar Rp2.000, diperkirakan hanya akan mendorong inflasi menjadi sekitar 7,5 persen. Ini artinya masih di bawah tingkat inflasi tahun lalu yang mencapai 8,8-8,9 persen.
"Dengan rendahnya inflasi, maka nilai tukar rupiah akan lebih stabil," katanya.
Aldian pun memprediksi nilai tukar rupiah hingga akhir tahun masih bergerak stabil pada kisaran Rp12.100-12.200 per dolar Amerika.