Impak Melemahnya Rupiah pada Alam Sutera; Utang Dolar ASRI 60%

Bareksa • 30 Sep 2014

an image
Suasana perumahan di Manado, Sulawesi Utara (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar)

ASRI sendiri memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 1,73 x.

Bareksa.com – Pengembang perumahan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) memiliki total utang obligasi sebesar USD610 juta atau setara dengan Rp6,11 triliun di semester I 2014. Total utang obligasi yang berdenominasi dolar AS itu memiliki porsi sekitar 61,12 persen dari total utang ASRI.

Utang tersebut terdiri dari tiga obligasi. Pertama, obligasi yang diterbitkan oleh anak usaha Alam Sutera International Private Limited pada 27 Maret 2012 bernilai USD150 juta dan memiliki bunga tetap 10,75 persen per tahun dalam jangka waktu 5 tahun. Tetapi pada 4 Februari 2014 Alam Sutera melakukan buyback atas obligasi ini sehingga nilai pokoknya turun menjadi USD66,57 juta

Obligasi yang akan jatuh tempo pada 27 Maret 2017 membayar bunga setiap enam bulan sekali.

Lalu obligasi Alam Sutera yang kedua  juga dikeluarkan oleh entitas anak perusahaan, Alam Synergy Private Limited, pada 27 Maret 2013 senilai USD235 juta dengan bunga tetap 6,95 persen per tahun. Jangka waktunya 7 tahun dan jatuh tempo pada 27 Maret 2020. Bunga dibayarkan setiap enam bulan sekali.

Alam Synergy Private Limited kembali mengeluarkan obligasi senilai USD225 juta pada 22 Januari 2014 dengan tingkat bunga tetap 9 persen per tahun dalam jangka waktu 5 tahun. Jatuh tempo pada 29 Januari 2019. Bunga dibayarkan setiap enam bulan.

Dengan nilai tukar Rupiah yang sedang melemah, bagaimana dampaknya terhadap Alam Sutera?

Alam Sutera sendiri memiliki rasio utang terhadap ekuitas sebesar 1,73 x dengan total utang sekitar Rp10 triliun dan total ekuitas senilai Rp5,77 triliun pada laporan keuangan semester I-2014.

Jika dilihat dari beban bunga pada laporan semester I-2014, berarti hanya meningkat 5 persen menjadi Rp84,9 miliar dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai tukar Rupiah dari awal Januari 2013 sampai akhir Juni 2013 melemah sebesar 2,97 persen. Tetapi pada periode awal Januari 2014 sampai akhir Juni 2014, menguat 2,08 persen.

Kondisi nilai tukar Rupiah yang melemah sebenarnya tidak menjadi kendala yang besar bagi Alam Sutera karena 68,8 persen dari total hutang obligasi atau sekitar USD420 juta dilindungi dengan melakukan hedging aset derivatif. Sehingga, ketika terjadi penguatan nilai tukar Rupiah di semester I-2014, justru hal itu menyebabkan kenaikan beban hedging. (kd)