Bareksa.com - Bank Indonesia telah membuat skenario perbandingan antara kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), ungkap Mirza Adityaswara, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia dalam diskusi kenaikan BBM: dilema defisit transaksi dan inflasi siang ini.
Jika tidak ada kenaikan harga BBM maka inflasi akhir tahun diperkirakan oleh BI dapat mencapai 5,32 persen. Tetapi jika pemerintahan baru akan menaikkan harga BBM jenis premium sebesar Rp3.000 per liter, maka inflasi akan mengalami kenaikan menjadi 9 persen.
"Setiap kenaikan BBM sebesar Rp1.000 per liter dapat mendorong kenaikan inflasi sekitar 1,5 persen," tambah Mirza.
Dalam perhitungan BI, kenaikan BBM sebesar Rp3.000 per liter dapat meningkatkan inflasi sebesar 3,16 persen dengan rincian dampak inflasi langsung sebesar 1,49 persen dan sisanya merupakan dampak tidak langsung.
Menurut Mirza, inflasi tersebut akan dapat diatasi dengan dua cara yakni penambahan suplai dan melalui kebijakan moneter untuk menekan permintaan seperti menaikkan suku bunga acuan (BI Rate).
"Indonesia seharusnya malu dengan Filipina. Di Filipina harga BBM menggunakan harga pasar, tidak ada subsidi," ujar Mirza.
Rasio-rasio makro ekonomi di Filipina lebih baik dibandingkan di Indonesia, seperti rasio pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dari Indonesia yakni sebesar 6,5 persen dan juga memiliki surplus anggaran dalam APBN. (Laporan: Suhendra)