Bareksa.com – Mulai tahun 2015, China akan melarang impor batubara dengan kandungan abu dan sulfur yang tinggi untuk mengurangi polusi udara. Dengan adanya aturan ini, yang paling terkena dampak negatifnya adalah penambang dari Australia.
China mengimpor sekitar 54 juta ton batubara termal dari Australia dan 13 juta ton dari Afrika Selatan di tahun 2013.
Kebijakan ini berlaku bersamaan dengan melemahnya harga batubara di GlobalCoal Newcastle ke level terendah dalam lima tahun terakhir, menandakan kelebihan pasokan dan melemahnya permintaan dari China, importir batubara terbesar di dunia.
Di bawah aturan tersebut, Pemerintah menetapkan ketentuan yang berbeda pada batubara di tingkat pertambangan, penjualan lokal, dan impor.
Dari pihak Australia memperkirakan aturan baru tersebut tidak berdampak besar terhadap eskpor Australia, karena mayoritas pengiriman ke daerah China bagian selatan yang diyakini masih akan mengambil batubara dengan kandungan abu dan sulfur yang lebih tinggi.
“Berdasarkan data dan spesifikasi yang kami ketahui, diperkirakan hal ini tidak akan berdampak besar terhadap produsen di Australia,” kata Wayne Calder, wakil direktur eksekutif dari Direktorat Sumber Daya dan Ekonomi Energi. “Mayoritas batubara yang di ekspor akan dikirim ke bagian selatan. Karena tidak ekonomis untuk melakukan ekspor ke bagian utara China,” tambahnya.