Neraca Perdagangan Mei Akan Surplus?; Risiko Kenaikan Harga

Bareksa • 26 Jun 2014

an image
Menteri Keuangan, Chatib Basri - (ANTARA News/Andika Wahyu)

Sepanjang tahun 2014, Perdagangan Migas Catat defisit di atas USD 700 Juta

Bareksa.com – Data Neraca Perdagangan bulan Mei 2014 yang dirilis tanggal 1 Juli 2014 diperkirakan akan surplus karena tertolong peningkatan volume ekspor CPO yang naik 23 persen dari 1,38 juta ton menjadi 1,7 juta ton. Selain itu, renegosiasi mineral juga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor mineral Indonesia.

 

Grafik Neraca perdagangan Periode April 2012- April 2014 (dalam Miliar Dollar AS)

Sumber: Bareksa.com

 

Menteri Keuangan, Chatib Basri, menyatakan neraca perdagangan bulan Mei 2014 akan mencatatkan surplus sebesar USD 500 juta karena nilai impor, khususnya gadget, berkurang dan angka ekspor yang meningkat, terutama sektor manufaktur. Hal senada diungkapkan Gubernur BI, Agus D.W. Martowardojo bahwa peningkatan ekspor manufaktur dapat mendorong membaiknya neraca perdagangan seiring membaiknya perekonomian global serta terkendalinya impor sejalan dengan permintaan domestik.

 

Grafik Neraca perdagangan Periode Januari- April 2014 (dalam Miliar Dollar AS)

Sumber: Bareksa.com

 

Berdasarkan sumber yang kami pelajari, pemerintah harus mewaspadai pengaruh kenaikan harga minyak yang dipicu ketidakpastian konflik di Irak. Kenaikan harga minyak tersebut dapat meningkatkan defisit perdagangan migas Indonesia.

Sepanjang bulan Januari hingga April 2014 saja perdagangan migas Indonesia terus menerus mencatatkan defisit di atas USD 700 Juta. Kombinasi dari pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak akan menyebabkan biaya impor energi semakin tinggi.

Jika harga minyak ICP (Indonesia Crude Oil Price) naik di atas USD 130/barel dari asumsi APBNP 2014 yang sebesar USD 105/barel, beban subsidi BBM akan semakin tinggi. Hal tersebut diperkirakan akan menyebabkan defisit transaksi berjalan dapat menyentuh level 3,5 persen. Padahal pemerintah berusaha menjaga agar defisit transaksi berjalan dapat di bawah 3 persen dari PDB sepanjang tahun 2014.

 

Grafik Transaksi Berjalan Periode 2004-2014 (dalam % terhadap PDB)

Sumber: Bank Indonesia, diolah Bareksa.com

 

Selain potensi defisit transaksi mencapai 3,5 persen, tingginya nilai impor migas juga dapat menyebabkan defisit pada bulan Juli 2013 kembali terulang. Sebagai catatan, Indonesia pernah mengalami defisit perdagangan sebesar USD 2,33 Miliar pada bulan Juli 2013 atau terbesar sepanjang sejarah.

Defisit tersebut terjadi karena neraca migas mencatatkan defisit sebesar USD1,86 miliar akibat impor migas yang naik 24,8 persen menjadi USD 2,736 Miliar. Selain itu, neraca nonmigas juga mencatatkan defisit sebesar USD 454,4 juta.  

 

*Suhendra adalah Analis PT Bareksa Portal Investasi