Memformulasikan masa depan Indofarma yang lebih baik

Bareksa • 26 May 2014

an image
Dari sudut pandang ekonomi Indonesia, 2013 bukanlah tahun yang kuat karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu - (Antaranews.com)

Ke depan, dukungan pertumbuhan akan berasal dari ekspansi ke obat generik tanpa merek.

Bareksa.com - Dari sudut pandang ekonomi Indonesia, 2013 bukanlah tahun yang kuat karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu. 

Sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi menurun, mencapai titik rendah yaitu 5,7% pada kuartal IV 2013 jauh di bawah asumsi dari 2013 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P), yang ditargetkan 6,3%. 

Hal ini disebabkan oleh depresiasi rupiah Indonesia terhadap dolar AS yang mencapai Rp12.189 atau 23,61% lebih rendah dari awal tahun di Rp9.698, atau sebanyak 1,02% dari Rp9,600 bila dibandingkan dengan asumsi dari APBN-P 2013.

Analis Pefindo Hasan Barakwan menilai, industri farmasi mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan market moving annual total (MAT) kuartal III 2013 naik 13,7%, dan obat generik naik 17% year-on-year (YoY).

Kinerja PT Indofarma Tbk (INSF) pada 2013 relatif kurang menggembirakan. Secara keseluruhan, penjualan naik 16% dari tahun 2012, tetapi tidak cukup untuk mencapai target awal karena depresiasi rupiah yang menyebabkan rugi kurs. 

Peningkatan kedua adalah upah minimum dan harga bahan bakar minyak juga menghambat Perseroan.

Renovasi bangunan produksi yang dimulai pada awal 2013 dan selesai pada akhir semester pertama mempengaruhi kinerja operasional Perseroan. Akibatnya, kinerja keuangan kurang menguntungkan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan mengalami kerugian yaitu Rp54,22 miliar. 

"Namun, kami berpandangan bahwa Perseroan dapat mengganti kerugian tahun ini karena berencana untuk meningkatkan fasilitas dan akan menuai keuntungan dari renovasi tahun lalu," tutur Hasan dalam riset edisi Mei 2014.

Dengan dukungan yang kuat dari prospek industri, Pefindo masih percaya bahwa INAF memiliki prospek yang cerah di masa depan. Ke depan, dukungan pertumbuhan akan berasal dari ekspansi ke obat generik tanpa merek, yang akan mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada awal 2014. 

Selain itu, pelemahan Rupiah untuk sebagian dapat diimbangi oleh penurunan harga bahan baku, memungkinkan untuk memberikan dukungan marjin. Pefindo percaya pendapatan akan tumbuh sebesar 7% pada 2014, didukung oleh kapasitas yang lebih tinggi dan rata-rata harga jual lebih tinggi. 

"Ke depan, kami memperkirakan bahwa pendapatan INAF dapat tumbuh sebesar 7% CAGR 2013-2017," imbuhnya.

Target harga saham untuk 12 bulan adalah Rp237 – Rp310 per lembar saham. (Sumber : Antaranews.com)