Menanti pemilu presiden, indeks saham berancang-ancang melej

Bareksa • 13 May 2014

an image
Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital

Tak banyak katalis yang dapat diharapkan dapat mendorong kenaikan IHSG dalam waktu dekat, kecuali dari panggung politik.

Bareksa.com - Selama beberapa minggu terakhir ini pasar saham Indonesia terus mencoba mendekati level psikologis 5.000, namun selalu gagal. Indeks beberapa kali menguat hingga menembus level 4.900, namun kemudian seperti kehabisan tenaga, sehingga terkoreksi kembali ke bawah level 4.900. Kinerja 1Q14 emiten yang secara rata-rata sesuai dengan ekspektasi masih belum cukup untuk meningkatkan kepercayaan investor. Kinerja bursa regional yang juga lesu semakin menghambat pergerakan indeks setiap kali berusaha mendekati angka 5.000. Kini tidak banyak katalis yang dapat diharapkan dapat mendorong kenaikan IHSG dalam waktu dekat, kecuali dari panggung politik.

Investor masih menunggu kepastian siapa saja yang akan maju menjadi pasangan capres-cawapres dalam pemilu presiden yang akan datang. Hingga saat ini baru satu capres yang sudah dapat dipastikan akan maju dalam pilpres mendatang, yaitu Jokowi, yang didukung oleh koalisi PDIP, Nasdem, dan PKB. Itupun baru sebatas capres. Cawapres-nya masih belum ditetapkan. Capres lainnya kemungkinan besar adalah Prabowo dari Gerindra. Namun, inipun masih menunggu kepastian anggota koalisinya. Sedangkan Partai Demokrat dan Golkar masih belum jelas.

Batas waktu diumumkannya pasangan capres-cawapres adalah 20 Mei ini. Karena itu, kemungkinan pasar saham masih akan bergerak sideways hingga ada kepastian pasangan capres-cawapres peserta pilpres.

Minggu lalu, IHSG akhirnya berhasil ditutup menguat 59 poin atau +1,2% WoW ke level 4.898. Sementara sepanjang minggu lalu investor asing kembali tercatat melakukan aksi net buying sebesar Rp870 miliar. Dari sisi nilai tukar Rupiah, minggu lalu Rupiah ditutup level Rp11.532/USD.
 
Dua minggu terakhir ini banyak diumumkan data ekonomi yang penting untuk dicermati. Pertama, inflasi pada bulan April masih relatif terkendali, sebesar 7,25% YoY dan -0,02% MoM. Hasil tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus. Kedua, neraca perdagangan Indonesia semakin membaik setelah berhasil kembali membukukan surplus perdagangan sebesar US$673 juta pada bulan Maret 2014. Data tersebut semakin mengurangi risiko ekonomi Indonesia mengalami overheating, sebuah risiko yang tahun lalu menjadi kekhawatiran terbesar investor terhadap Indonesia. Ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat signifikan untuk periode 1Q14 menjadi 5,2% YoY, dibandingkan 5,7% YoY pada 4Q13. Data tersebut juga di bawah ekspektasi konsensus sebesar 5,6% YoY.

Namun, menurut kami data tersebut tidak perlu membuat investor terlampau khawatir karena penyebab utamanya adalah faktor ekspor yang merosot, akibat diberlakukannya larangan ekspor bahan mineral mentah, dan turunnya impor, dampak dari pelemahan Rupiah. Kami menilai dua faktor tersebut memang sudah sesuai dengan rencana pemerintah, yaitu meredam defisit transaksi berjalan atau current account deficit dengan jalan mengerem laju pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. Dan dari kebijakan pengetatan ekonomi oleh BI dan pemerintah memang sudah mulai menunjukkan hasil yang diharapkan.

Hal ini terefleksikan pada data ekonomi selanjutnya, yaitu defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang pada 1Q14 tercatat sebesar -2,0% dari GDP, flat dibandingkan -2,0% YoY pada 4Q13. Level CAD sebesar -2,0% dari GDP merupakan sebuah level yang dianggap dapat berkesinambungan (sustainable) untuk Indonesia. Selain itu angka cadangan devisa bank sentral juga tercatat naik sebesar US$3 miliar pada akhir April, menjadi sebesar US$105,6 miliar.
 
Berdasarkan faktor-faktor di atas, kami masih memiliki outlook yang positif terhadap perekonomian Indonesia maupun pasar saham. Apabila pilpres nanti berjalan lancar dan faktor eksternal tidak memburuk signifikan, kami menilai IHSG berpotensi untuk menembus level 5.200 pada akhir tahun. Bahkan, apabila pemerintahan yang baru nanti berani melakukan reformasi struktural, kami melihat kemungkinan indeks masih dapat menguat lebih tinggi lagi. Minggu ini IHSG akan bergerak di kisaran 4840-4950.

*Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital