IQPlus - PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU) mengincar pertumbuhan kredit lebih dari Rp 2 triliun pada tahun 2014. Angka ini meningkat hingga 42% jika dibandingkan dengan kredit hingga akhir tahun ini yang diproyeksikan akan mencapai lebih dari Rp 1,4 triliun.
Direktur Utama NOBU, Suhaimin Djohan menuturkan, bahwa pihaknya mengetahui tentang arahan Bank Indonesia (BI) untuk memperlambat kredit perbankan di tahun depan guna mengendalikan laju pertumbuhan agar lebih stabil. BI meminta perbankan untuk memperlambat pertumbuhan laju kredit pada 15% hingga 17%.
"Namun, kami melihat prospek yang cerah dalam bisnis NOBU di tahun depan. Sehingga, kami akan mengambil peluang itu dan optimis pertumbuhan kredit NOBU akan diatas industri atau sebesar 30%-50%," kata Suhaimin, dalam paparan publiknya, di Jakarta, Jum'at.
Dalam hal ini, Suhaimin mengaku, Perseroan mengincar kredit di sektor Unit Kecil Menengah (UKM). "Nantinya porsi penyaluran kredit tersebut akan lebih dominan ke segmen UKM atau bisa mencapai 90%. Sementara, sisanya di segmen konsumer dan komersial," ujar Suhaimin.
Menurut Suhaimin, dalam pencapaian target tersebut pihaknya bakal menyebar atau menambah kantor-kantor cabang baru yang akan tersebar di kota-kota besar di setiap propinsi yang ada di Tanah Air.
"Kami akan sebar kantor-kantor cabang baru di kota-kota di setiap propinsi di Indonesia yang memilik prospek bagus guna menggaet nasabah di daerah-daerah tersebut," jelasnya.
Dirinya menambahkan, bahwa seiring dengan target kredit tersebut, Perseroan menargetkan dana pihak ketiga (DPK) NOBU ditahun depan akan diatas Rp 2,5 triliun, dengan total aset diperkirakan akan diatas sebesar Rp 3,5 triliun.
Sebagai informasi, di kwartal III tahun ini, aset NOBU telah mencapai Rp 3 triliun lebih tumbuh 148% (Ytd) atau 276% dibandingkan posisi kwartal III dibandingkan posisi kwartal III 2012. Penyaluran dana yang dilakukan hingga September 2013, telah mencapai Rp 868 miliar dengaan NPL yang tetap terjaga di 0%.
Selain itu, Perseroan juga telah membukukan penghimpunan DPK sebesar Rp 1,85 triliun per September 2013, dengan CAR yang berada di angka 106,25% atau jauh diatas ketentuan yang disyaratkan BI. (end/as)