Bareksa.com - Lebaran yang sebelumnya ditunggu-tunggu oleh umat Islam, ternyata menyisakan beban bagi sebagian orang ketika perayaan itu usai. Pasalnya, ada yang mengeluarkan uang habis-habisan untuk merayakan lebaran.
Mirisnya, karyawan yang mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) tidak menyisakan sedikitpun setelah lebaran berakhir. Bahkan ada yang terpaksa berutang hanya untuk mencukupi kebutuhan di hari raya, yang sebenarnya masih bisa ditunda.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Dimas Ardhinugraha menjelaskan, setelah perayaan Lebaran ini usai, kini saatnya kembali mengatur keuangan agar kembali sehat. Dalam menata kembali keuangan ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar terhindar dari kesulitan keuangan.
"Meski Lebaran tahun ini sudah lewat, kita tidak bisa mengabaikan penataan keuangan karena bisa saja hal tersebut terjadi kembali tahun depan dan menyebabkan kita harus menata kembali keuangan pasca Lebaran," ujarnya dalam keterangan tertulis (18/5).
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memahami hakikat dari Ramadan dan Lebaran. Menurut dia, Ramadan yang diakhiri dengan Lebaran adalah momen bagi umat Islam untuk merefleksikan diri, merupakan saat untuk mengasah empati dan berbagi kebaikan dengan sesama.
Namun kenyataannya, masih banyak orang yang berperilaku konsumtif, tak terkecuali di masa pandemi ini. Seringkali, keinginan lebih besar dari kebutuhan dan melebihi daya beli, sehingga berujung kepada utang.
"Hal ini adalah perilaku keuangan yang tidak sehat. Jika sudah terjadi, segera introspeksi. Jadikan pembelajaran bagi kita, agar tidak terjadi lagi di kemudian hari," terang dia.
Kemudian, kita juga harus berbelanja secara cerdas dalam menghadapi lebaran. Dimas menjelaskan, di masa pandemi seperti ini, tradisi saat lebaran tidak banyak berubah. Meski aktivitas di luar rumah masih terbatas, namun tetap saja ada keinginan untuk berbelanja keperluan lebaran seperti pakaian, kue-kue ringan, dan masih banyak lagi.
Nah, di saat daftar keinginan ini semakin panjang, di saat itulah menurut Dimas, kita harus memilah, mana barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan mana yang hanya keinginan sementara.
Untuk lebih memperketat pengeluaran keuangan, usahakan berbelanja menggunakan uang tunai atau kartu debit, paling tidak untuk sementara waktu.
"Hindari penggunaan kartu kredit yang berlebih. Ingat, kartu kredit bukanlah harta kita, melainkan utang," jelas dia.
Lalu, pengeluaran harus diperketat. Pasalnya, kondisi keuangan bisa menjadi tidak sehat pasca Lebaran karena adanya tambahan beban utang. Karena itu, ada baiknya membuat catatan keuangan untuk mengetahui pos-pos pengeluaran. Apabila diperlukan, kita bisa menghilangkan pos-pos yang biasa dipergunakan untuk memanjakan diri seperti pos belanja pakaian, hingga pos jalan-jalan ke mal.
Setelah membuat catatan keuangan, kita harus mengikuti catatan yang dibuat. Pasalnya, ini adalah konsekuensi dari gaya hidup konsumtif selama lebaran dan harus siap untuk lebih disiplin supaya kondisi keuangan lebih sehat.
Dimas mengatakan, terlepas dari kondisi keuangan yang tidak sehat, kita harus tetap mengalokasikan penghasilan bulanan untuk membayar utang dan dana darurat. Apabila kondisi keuangan sudah mulai sehat baru bisa mengalokasikan lagi penghasilan untuk diinvestasikan.
Wadah investasi ini juga bisa beragam misalnya melalui reksadana. Reksadana ini juga bisa digunakan untuk media penampung dana darurat, yakni melalui reksadana pasar uang. Sementara untuk investasi jangka panjang bisa menggunakan reksadana saham.
"Jadikan gaya hidup konsumtif kita selama masa Ramadan sebagai pelajaran berharga agar keuangan kita tidak memburuk pasca Lebaran," kata Dimas.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.