Bareksa.com - Investasi reksadana bisa memberikan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menabung biasa. Namun, investasi reksadana juga memiliki risiko, seiring dengan potensinya.
Reksadana adalah kumpulan dana investor yang dikelola manajer investasi untuk dimasukkan ke dalam aset-aset keuangan seperti saham, obligasi dan pasar uang. Setiap produk memiliki risiko berbeda sesuai dengan jenisnya.
Apa saja risiko investasi reksadana?
Harga reksadana tercermin dalam nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP), yang dihitung dari nilai semua aset dan dikurangi biaya-biaya kemudian dibagi dengan jumlah unit yang beredar. Harga reksadana dihitung tiap hari bursa dan bisa naik atau turun karena ada risiko pasar (market risk).
Penyebab naik turun harga reksadana adalah perubahan harga aset di dalamnya. Reksadana saham memiliki risiko tinggi karena saham bisa berfluktuasi dalam jangka pendek. Adapun reksadana pasar uang memiliki risiko rendah karena isinya deposito dan obligasi jatuh tempo kurang dari setahun.
Likuiditas berkaitan dengan pencairan reksadana. Risiko ini muncul ketika manajer investasi terlambat menyediakan dana untuk membayar pencairan (redemption) yang dilakukan oleh investor. Namun, menurut peraturan, pembayaran dana dalam hal pencairan harus dilakukan manajer investasi dalam maksimal tujuh hari kerja (Sabtu, Minggu, dan hari libur tidak dihitung).
Risiko ini juga dikenal sebagai risiko kredit atau gagal bayar, yang terjadi jika rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha termasuk, tetapi tidak terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan agen penjual efek reksadana yang ditunjuk oleh manajer investasi.
Contohnya, sebuah produk reksadana memiliki obligasi (surat utang) perusahaan PT ABCD dan menerima bunga atau kupon secara reguler. Namun, PT ABCD pada suatu periode tidak bisa membayar kupon dan ada risiko uang pokoknya tidak dibayar. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kinerja reksadana.
Risiko ini muncul terkait dengan kondisi ekonomi dan politik baik di dalam maupun di luar negeri. Contohnya, ada perubahan peraturan yang dapat menyebabkan terpengaruhnya kinerja reksadana baik secara langsung atau tidak langsung.
Itulah sejumlah risiko investasi reksadana dan harus ditanggung oleh investor. Setiap jenis reksadana memiliki tingkat risiko yang berbeda, seiring dengan kemampuannya memberikan potensi keuntungan. Semakin tinggi risiko, semakin tinggi juga potensi keuntungan (high risk high return).
Demi kenyamanan berinvestasi, kita harus sesuaikan profil risiko dan tujuan investasi dengan produk yang akan kita pilih.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa, klik di sini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.