Bareksa.com - Bagi investor pemula, khususnya bagi para pemodal kecil, termasuk investor yang tidak memiliki banyak waktu lantaran sibuk bekerja, kadang sering mengalami kebingungan dalam memilih yang mana reksadana saham terbaik untuk dibeli. Cara termudah adalah dengan mengambil reksadana indeks. Kenapa?
Reksadana konvensional berisi komposisi saham tertentu dari racikan manajer investasi yang berbeda dari indeks. Akibat adanya perbedaan komposisi, Reksadana konvensional bisa punya kinerja lebih baik daripada pasar namun bisa juga lebih buruk. Maka, dibutuhkan pengalaman bagi investor untuk memilih reksadana konvensional terbaik yang mungkin bisa mengalahkan pasar.
Tak berbeda jauh dengan jenis investasi lain, reksadana juga memiliki sejumlah istilah yang kerap dipakai untuk menerangkan sesuatu atau kondisi. Salah satu istilah yang sering digunakan adalah expense ratio.
Expense ratio adalah salah satu indikator yang berfungsi untuk mengukur besaran beban operasional yang dibebankan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau aset investasi dari suatu reksa dana. Expense ratio sangat berguna bagi para investor karena dapat digunakan untuk mengukur besaran nilai investasi yang dikeluarkan oleh manajer investor dalam mengelola dana reksa dana.
Semakin kecil besaran expense ratio yang didapat, artinya semakin tinggi profesionalisme manajer investor. Hal ini juga menunjukkan manajer investasi tersebut mampu mengelola reksadana untuk investor secara efisien.
Untuk mengetahui besaran expense ratio, Anda bisa mengetahuinya melalui laporan keuangan reksa dana. Besaran expense ratio juga tercantum dalam pembaharuan prospektus dana reksa dana. Umumnya, semakin besar expense ratio yang diperoleh, maka semakin besar biaya yang akan mengurangi kinerja produk reksadana.
Pada dasarnya, untuk menghitung beban biaya cukup mudah. Rumus expense ratio dihitung dari total beban operasional investasi yang dibagi dengan rata-rata NAB. Jika Anda ingin menghitung expense ratio, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung beban operasional investasi yang umumnya terdiri dari sejumlah beban, yakni beban pengelolaan investasi, beban pajak penghasilan, beban kustodian, dan beban lain-lain.
Setelah mendapatkan nominal beban operasional investasi, lanjutkan dengan menghitung NAB atau rata-rata aset investasi, kita asumsikan rata-rata aset investasi produk reksadana A adalah Rp 1 triliun. Selanjutnya, bagi nominal beban investasi dengan nominal rata-rata aset investasi atau NAB. Dengan kata lain Rp10,5 Miliar dibagi dengan Rp1 trilyun. Hasil expense ratio nya adalah 1,05 persen.
Dari ilustrasi tersebut, dengan expense ratio = 1,05 persen tadi, maka dana investasi yang efektif diputarkan untuk investasi tersisa 98,95 persen.
Semakin besar nilai expense ratio, maka semakin sedikit dana kelolaan yang bisa diputarkan ke saham. Ketika semakin sedikit dana kelolaan yang bisa diputarkan ke saham maka semakin berat manajer investasi untuk bisa bersaing untuk mengalahkan benchmark atau indeks acuannya.
Pilih reksadana indeks pilihanmu di marketplace Bareksa sekarang.
(KA02/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.