Bareksa.com - Mendekati penghujung tahun, investor global perlu mencermati berbagai data ekonomi penting dalam dan luar negeri. Ikuti tips investasi reksadana dan emas berikut ini dan sesuaikan dengan profil risiko agar Smart Investor tak perlu galau menghadapi pergerakan pasar.
Sentimen dalam negeri yang positif adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga 2022 sebesar 5,72%, yang terbilang cukup baik. Selain itu, penjualan ritel masih tumbuh dengan baik pada bulan September dengan kembali menyentuh level 4,6%.
Terkait sentimen global, investor juga melihat inflasi negara besar seperti China dan AS. Kedua negara itu masih menjadi topik utama pembahasan dalam beberapa bulan ke depan mengingat inflasi di sana masih menjadi penentu arah kebijakan moneter.
China sendiri diproyeksikan masih akan mengalami hambatan yang cukup tinggi akibat tingginya ketidakpastian yang dihadapi oleh pelaku usaha dan investor terutama mengenai kapan diselenggarakannya kebijakan zero covid policy. Di sisi lain, China tidak lagi melakukan lockdown kepada provinsi Guangzhou yang merupakan salah satu motor terbesar industri manufaktur di China walaupun di saat bersamaan terjadi peningkatan kasus Covid-19 melebihi 2.500 kasus per hari.
Investor juga menilai inflasi AS sebesar 7,7% pada bulan Oktober jauh lebih baik daripada ekspektasi yang berada di level 7,9-8%. Dengan demikian, konsensus analis semakin yakin peningkatan suku bunga acuan The Fed di kisaran 50 basis poin, tidak sampai 75 basis poin (bps) seperti perkiraan sebelumnya.
Seperti terlihat dalam tabel, konsensus terbaru menunjukkan 80,60% analis yakin kenaikan The Fed Rate di kisaran 50 bps sehingga suku bunga acuan menjadi 425-450 bps, dan hanya 19,40% analis yang memperkirakan kenaikan 75 bps. Kondisi ini berbeda dengan sebulan lalu, misalnya, dengan 56,10% analis memprediksi di 50 bps dan 29,40% kenaikan di 75 bps.
Investor Makin Yakin The Fed Rate Hanya Naik 50 Basis Poin
Target Rate (BPS) | Probability | |||
Current* | 1 Day - 9 Nov'22 | 1 Week- 3 Nov'22 | 1 Month- 10 Nov'22 | |
400-425 | 0.00% | 0.00% | 0.00% | 14.40% |
425-450 | 80.60% | 56.80% | 52.00% | 56.10% |
450-475 | 19.40% | 43.20% | 48.00% | 29.40% |
*Data Per 11 November 2022 | ||||
Sumber: CME Group
Sementara itu, pemilu tengah periode (midterm election) yang diselenggarakan di masa ekonomi sulit ternyata hasilnya masih cukup diterima. Sebab, midterm election tidak memberikan kemenangan mutlak bagi Partai Republik yang saat ini bertindak sebagai kubu oposisi.
Jika Partai Republik menang mutlak di level kongres dan senat maka risiko terjadinya kelumpuhan pemerintahan atau government shutdown menjadi sangat besar dan hal ini tentu akan mengganggu roda perekonomian AS. Untungnya, karena risiko kelumpuhan pemerintahan kecil, maka risiko perubahan peraturan terutama menyangkut kenaikan pajak orang kaya dan pajak perusahaan menjadi menurun atau bahkan hilang.
Dengan demikian sektor swasta akan lebih tenang dalam berekspansi tanpa mengkhawatirkan adanya perubahan kebijakan yang mendadak. Dengan adanya hal tersebut Tim Analis Bareksa memproyeksikan aset kelas saham akan kembali berbalik arah menuju trend penguatan baik di sisi Amerika maupun global.
Bareksa juga melihat bahwa ke depannya Indonesia akan menjadi negara yang dilirik oleh investor dengan stabilitas ekonomi yang solid dan fundamental yang cukup baik. Hal tersebut terlihat jelas pada inflasi secara tahunan yang masih terjaga dengan baik, surplus neraca perdagangan yang diperkirakan masih tetap tinggi hingga awal kuartal pertama tahun depan.
Menurut Tim Analis Bareksa, pertumbuhan kuartal keempat masih bagus seiring pemerintah akan mendorong realisasi belanja APBN tahun ini. Fokus belanja terletak pada sektor infrastruktur dan pendidikan. Pemerintah juga menganggarkan defisit anggaran APBN pada tahun 2023 akan berada di level 3%.
Baca juga Sucor AM Catat Pertumbuhan Kelolaan Reksadana Tertinggi Januari-Oktober 2022
Apa yang harus dilakukan investor? Melihat sejumlah sentimen di atas, investor dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi reksadana dan emas online berikut.
Investor dengan profil risiko agresif dapat mengakumulasi reksadana saham dan reksadana indeks dengan target investasi jangka pendek dan berfokus kepada saham berkapitalisasi besar ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak mengalami koreksi. Analis Bareksa masih merekomendasikan untuk membeli reksadana saham dan indeks yang banyak memiliki komposisi saham sektor keuangan, konsumer, ritel dan energi.
Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat mempertimbangkan akumulasi bertahap di reksadana pendapatan tetap basis SBN jika imbal hasil (yield) berada di level 7,5% - 7,6%.
Tim Analis Bareksa merekomendasikan untuk memiliki emas digital dengan mempertimbangkan kebutuhan likuiditas dari investor serta sebagai alat pelindung fluktuasi nilai portofolio dengan minimal memiliki 5% emas dalam portofolio.
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
---|---|---|
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Capital Money Market Fund | 4,41% | 16,85% |
Syailendra Sharia Money Market Fund | 3,94% | 15,30% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4,08% | 16,68% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 3 Tahun | 5 Tahun |
Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A | 16,59% | 30,26% |
Manulife Obligasi Unggulan Kelas II A | 14,71% | 29,25% |
Sucorinvest Bond Fund | 22,48% | 34,97% |
Reksa Dana Saham & Indeks | YtD | 1 Tahun |
Sucorinvest Equity Fund | 14,49% | 15,56% |
Bahana Dana Prima | 14,40% | 11,61% |
BNP Paribas Sri Kehati | 17,02% | 13,48% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 10 November 2022
Baca juga Promo FundFest 11.11 Beli Reksadana Berhadiah Smartphone, Emas hingga Voucher
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/hm)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.