Bareksa.com - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) pada rapat dewan gubernur (2/11/2022) kembali menaikkan suku bunga acuan (Fed Rate) 0,75% dari sebelumnya 3-3,25% jadi 3,75-4%. Bunga acuan The Fed tersebut merupakan level tertinggi sejak 2008. Kenaikan tersebut sesuai dengan ekspektasi investor.
Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell mengatakan ke depannya kemungkinan tidak akan menaikan suku bunga acuan seagresif sekarang, dimulai pada Desember 2022. Hal itu karena saat ini pasar tenaga kerja di Negara Paman Sam masih di level yang baik dan rata-rata tingkat upah meningkat. Di sisi lain, harga beberapa komponen biaya hidup di AS mulai menurun.
Bank Sentral AS menyatakan akan lebih fokus pada target jangka panjang. Meskipun inflasi AS dalam jangka pendek masih di level yang tinggi, namun The Fed masih cukup optimistis angka inflasi akan bergerak normal kembali dalam 2-3 tahun mendatang.
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi RI Melandai Tanda Ekonomi Baik, Cuan Reksadana Ini Ciamik
Menyusul kenaikan suku bunga acuan The Fed, pelaku pasar saham AS merespons negatif. Sebab pasar merasa Bank Sentral AS masih berpeluang menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi pada Desember mendatang. Respons negatif itu mengakibatkan pasar saham AS mencatatkan penurunan harian terdalam sejak Januari 2021.
Sedangkan pasar obligasi dalam negeri, yield (imbal hasil) acuan Obligasi Pemerintah masih bergerak menguat kembali ke level 7,45% pada perdagangan kemarin. Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Rabu (2/11/2022) melemah 0,5% atau 36,6 poin di level 7.015.
Lihat juga : Bareksa Insight : Ekonomi RI Bisa Tumbuh Positif di Tengah Potensi Resesi, Ini Jurus Cuan Investasi
Mempertimbangkan kembali naiknya suku bunga acuan The Fed dan respons negatif pelaku pasar AS, Tim Analis Bareksa menyarankan Smart Investor menerapkan 3 jurus ini agar kinerja investasinya tetap maksimal :
1. Tim Analis Bareksa menilai potensi meredanya kenaikan agresif suku bunga AS di masa mendatang akan direspons cukup positif pelaku pasar dalam negeri. Hal itu juga berpeluang mendorong Bank Indonesia (BI) tidak akan menaikkan suku bunga acuan lebih agresif lagi hingga akhir tahun.
2. Kinerja reksadana saham dan reksadana indeks berpotensi mengalami pembalikan arah, setelah selama beberapa hari terakhir melemah cukup signifikan. Smart Investor direkomendasikan untuk mengakumulasi investasi secara bertahap di reksadana indeks dengan fokus jangka pendek dan target IHSG pada akhir tahun di 7.300 - 7.400.
3. Menyusul kenaikan suku bunga acuan AS, pasar obligasi dalam negeri diperkirakan akan merespons positif nantinya. Sehingga tidak menutup kemungkinan yield acuan SBN akan kembali melemah ke level 7,5 - 7,6%. Smart Investor direkomendasikan untuk mengakumulasi investasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis Obligasi Negara.
Simak juga : Bareksa Insight : Jelang Rilis Inflasi RI dan Suku Bunga AS, Cermati Reksadana Ini dan Emas
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana indeks dan reksadana pasar uang yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat, agresif dan konservatif ialah sebagai berikut :
Imbal Hasil 3 Tahun (per 2 November 2022)
Prospera Obligasi : 20,84%
Sucorinvest Bond Fund : 22,67%
Mega Dana Kas : 16,77%
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 16,75%
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YTD per 2 November 2022)
Danareksa Indeks Syariah : 9,25%
Avrist Indeks LQ45 : 9,13%
Baca juga : Bareksa Insight : Ekonomi AS di Kuartal III Membaik, Ini Dampak ke IHSG, SBN dan Reksadana
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Suku Bunga BI Bisa Naik Jadi 4,5%, Ini Jurus Cuan Buat Investor Reksadana
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.