Bareksa.com - Pasar modal Indonesia mengalami tekanan seiring dengan berbagai sentimen global yang kurang sedap, termasuk risiko resesi. Saat pasar turun, Smart Investor bisa mengambil kesempatan membeli reksadana berbasis saham di harga murah, tetapi tetap mempertimbangkan risiko dan tujuan investasi.
Investor global saat ini berada di tengah persimpangan jalan untuk menentukan apakah valuasi aset berisiko seperti saham dan obligasi sudah berada pada level yang atraktif atau belum. Secara teknikal, beberapa manajer investasi global mengatakan bahwa saat ini terutama di pasar saham sudah mengalami penjualan yang sangat ekstrim sehingga menjadi peluang untuk pembelian jangka pendek.
Banyaknya Berita Buruk di Pasar Memberikan Sinyal Beli di Pasar
Sumber: Bloomberg, CFTC, CBoE, Bernstein Analysis
Seperti terlihat dalam grafik, Z-score yang negatif menunjukkan sentimen bearish, yang justru menjadi sinyal positif untuk pergerakan pasar. Sebaliknya, Z-score yang tinggi menunjukkan sentimen bullish, yang menjadi sinyal negatif untuk pergerakan pasar. Per 28 September, Z-score berada di level -1,23 dan dapat menjadi sinyal positif untuk membeli (buying the dip) di pasar saham.
Di satu sisi, investor juga melihat bahwa ke depannya pergerakan ekonomi tidak akan turun secara drastis hingga mencapai resesi, mengingat beberapa data indikator ekonomi global sudah mencerminkan arah perbaikan. Data manufaktur di AS sudah menunjukan perlambatan yang akan menandakan inflasi akan menurun ke depannya.
Baca juga Bareksa Insight : Indeks Keyakinan Konsumen Turun, Emas dan Reksadana Ini Prospektif
Investor global saat ini juga khawatir terhadap keputusan dari OPEC+ yang memutuskan untuk memangkas produksi minyaknya lebih agresif ke depannya, sebesar 2 juta barel per hari. Hal tersebut mendorong harga minyak kembali meningkat setelah sebelumnya berada di bawah USD 80/barrel. Hal tersebut membuat ekspektasi dari investor terhadap penurunan inflasi global akan berjalan lebih lambat karena masih tingginya harga energi saat ini.
Harga Minyak Kembali Tinggi Setelah Pengumuman Keputusan OPEC+
Sumber: Nymex, Bloomberg, ICE
Di sisi lain, inflasi Indonesia sebesar 5,95% secara tahunan, yang dirilis pekan lalu berada di bawah ekspektasi pasar. Hal ini membuat kekhawatiran inflasi yang tinggi di Indonesia pada tahun ini sedikit menurun.
Para investor melihat bahwa Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menaikkan bunga acuan sebesar 0,5% hingga akhir tahun ini, untuk menjaga stabilitas kurs Rupiah dengan Dolar AS. Bank Sentral AS juga diperkirakan masih akan melakukan kenaikan suku bunga sebesar 1,25% hingga akhir tahun ini.
Inflasi Inti Indonesia Masih Terjaga Dengan Baik Hingga September 2022
Sumber: BPS, Bloomberg
Tim Analis Bareksa melihat bahwa saat ini pasar masih akan menunggu (wait and see) serta melakukan pembelian taktis (tactical buying) untuk aset berisiko seperti saham dan obligasi dengan orientasi investasi jangka pendek. Hal tersebut ditunjukkan dengan penguatan signifikan imbal hasil (yield) obligasi Indonesia dari level 7,4% menjadi 7,2%.
Pergerakan yield semakin rendah menandakan investor obligasi melihat yield pada level 7,4% merupakan posisi yang atraktif saat ini. Di sisi lain, jika terjadi lagi kenaikan suku bunga acuan hingga akhir tahun, maka terbuka peluang kenaikan yield ke level 7,4-7,5%. Sebagai catatan, yield berkebalikan dengan harga di pasar, sehingga penurunan yield menandakan harga obligasi yang naik.
Melihat sejumlah sentimen di atas, investor juga dapat mempertimbangkan untuk melakukan strategi investasi berikut.
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
---|---|---|
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Shinhan Money Market Fund | 3,41% | 13,90% |
Syailendra Sharia Money Market Fund | 4,05% | 15,54% |
Majoris Pasar Uang Syariah Indonesia | 3,92% | 12,83% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 1 Tahun | 3 Tahun |
TRIM Dana Tetap 2 | 4,39% | 17,45% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 7,09% | 31,08% |
Ganesha Abadi Kelas G | 2,46% | 14,68% |
Reksa Dana Saham & Indeks | YtD | 1 Tahun |
Avrist Ada Saham Blue Safir | 13,19% | 16,83% |
Bahana Dana Prima | 16,28% | 19,24% |
Allianz SRI KEHATI Index Fund | 15,85% | 20,92% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, Return per NAV 5 Oktober 2022
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.